Banyak orang belum tahu bahwa sebenarnya. pengertian kata gentleman menurut budaya barat, sudah bertolak belakang sekali dengan pengertian kata gentleman yang ada dalam lingkungan dan budaya kita.
Sebenarnya, kata gentleman itu jauh sekali dengan gentle man (pria lembut). Seorang gentleman tidak akan mendekati seorang wanita yang menarik perhatiannya dengan cara memberikan piutang kebaikan dan perhatian.
Dia tidak akan menurunkan standar dan menjadi murahan dengan terlalu banyak berkorban untuk sang wanita sebelum wanita itu membuktikan bahwa dirinya layak dan mampu menghargai kesempatan seperti itu.
Istilah gentleman yang erat dengan kata chivalrious dari definisi Webster, berbicara tentang kualitas ksatria berkuda dan tentara kerajaan di Eropa abad ke-14 dan 15.
Pada era tersebut, Gentleman adalah istilah yang diberikan kepada orang yang tidak perlu bekerja terus-menerus untuk menghidupi diri dan keluarganya, karena dia mendapatkan kebutuhannya dengan cara menuruti titah raja untuk sesekali pergi berperang demi membela kerajaan ataupun memperlebar wilayah kekuasaan.
Mereka sama sekali tidak gentle dalam pengertian lembut, peka, sensitif, perhatian, dan mellow seperti yang Anda kira. Mereka adalah tipe pria petarung yang sangat percaya diri, egois dan dominan, tidak menyukai basa-basi, hidup dari satu aksi ke aksi lainnya, menyukai tantangan baru, dan tidak akan ragu-ragu untuk menyeleksi bila melihat seorang wanita yang menarik perhatiannya.
Jika wanita tersebut mampu memenuhi kriteria tertentu yang diinginkan, barulah sang Ksatria akan memberikan apresiasi dan perlakuan yang lebih spesial terhadapnya dibandingkan terhadap wanita-wanita lain.
Bahkan, seorang Gentleman tidak keberatan untuk bersikap ‘kejam’, keras dan tidak gentle kepada seorang wanita cantik yang tidak memiliki sesuatu yang lebih dari sekedar penampilan menarik.
Apa yang terjadi enam abad setelah itu?
Istilah Gentleman masih terus beredar, namun ia sudah berubah menjadi sekumpulan pria-pria yang bersikap serba manis serba romantis seperti rajin memuji dan membukakan pintu pada wanita yang disukai. Penekanan, itu lebih sering dilakukan pada yang sukai saja. Tidak pada semua wanita.
Mereka memperlakukan wanita idamannya sebagai seorang tuan putri, sambil berharap dengan demikian wanita tersebut akan membalas memperlakukan dirinya sebagai pangeran.
Itu tidak akan terjadi, sobat!
Mungkin di situlah bedanya gentleman dan gentle man (pria yang gentle).
Lebih jauh lagi: A Gentle Man yang melakukan gentle acts tidak akan mendapatkan hasil yang sama dengan A Gentleman yang melakukan gentle acts.
Saya pernah membaca sebuah artikel di Newsweek tentang banyak orang yang mengagumi kerendahan hati Bill Clinton yang selalu ingin menuangkan sendiri minuman teh kepada setiap tamu yang berkunjung, sekalipun sebenarnya dia bisa saja menyuruh asisten untuk melakukannya.
Dia hanya menuangkan minuman bro, bukan tindakan yang spesial sama sekali!
Anda sudah sering bertamu ke rumah teman Anda dan Anda tidak akan berpikir untuk menganggapnya rendah hati sekalipun dia menuangkan Anda minuman berkali-kali.
Tapi bila Presiden Amerika Serikat melakukannya pada Anda, Anda akan otomatis merasa itu sebagai sebuah aksi yang luar biasa.
Ada sebuah lelucon yang berbunyi begini:
Kalau pria jelek nuangin air ke gelas wanita, wanita bilang, “Naluri pembantu, emang gitu.”
Kalau pria ganteng nuangin air ke gelas wanita, wanita bilang, “Ini dia pria gentleman.”
Nah sama halnya dengan sikap seorang gentleman.
Bila Anda tidak punya standar tinggi dan kualitas unggul dan hebat, tindakan gentle Anda bisa jadi tidak ada nilainya. Cuma naluri pembantu saja, pembantu tuan putri.
Gentleman adalah seseorang dengan nilai tinggi yang tidak akan sembarangan mengobral dirinya. Akibatnya, apapun perbuatannya menimbulkan reaksi yang lebih daripada normal, bahkan semakin meningkatkan nilai dirinya.
Kebalikan sekali dengan gentle man yang setiap saat mengobral aksi-aksi gentle agar dipandang bernilai. Walaupun dia bilang Anda adalah satu-satunya pria yang paling mampu membahagiakan dirinya, dia tidak tertarik untuk menjalani hubungan dengan Anda dan tetap saja kembali ke pelukan pacarnya (yang sama sekali tidak gentle itu).
Karena tuan putri menginginkan seorang ‘ksatria’ gentleman, bukan pembantu yang gentle.
Jadi, mau obral apa lagi kali ini?