Hubungan Berakibat Buruk Bagi Kesehatan (Part 2)

Home Articles Hubungan Berakibat Buruk Bagi Kesehatan (Part 2)
Share the knowledge!

Sudah membaca artikel “Hubungan Berakibat Buruk Bagi Kesehatan (Part 1)”?

Kalau sudah membaca apakah kamu masih ngiri lihat teman kamu yang sudah memiliki pacar atau yang sudah menikah? Beberapa orang malu menanggung predikat jomblo, apalagi sampai ada kata jomblo ngenes seolah-olah menjadi jomblo merupakan kesalahan yang fatal. Padahal, saat masih jomblo kamu bisa hidup bebas tanpa ada aturan atau rengekan dari pacar kamu. Kamu bisa bebas mengeksplor kemampuan kamu, mencoba banyak hal, hang out sama siapapun tanpa ada yang cemburu—di mana hal itu belum tentu bisa didapat sama mereka yang sudah memiliki hubungan. Tak hanya dua masalah kesehatan sebelumnya saja yang tak mungkin kamu alami, di bawah ini terdapat lanjutan  bagaimana hubungan dapat berakibat buruk bagi kesehatan, terutama hubungan yang kerap kali mengalami pertengkaran.

Efek Negatif pada Kesehatan Secara Keseluruhan

Sebuah pernikahan tidak bahagia tidak hanya dapat menurunkan semangat kamu, tetapi juga dapat menurunkan kesehatan kamu. Penelitian telah menunjukkan bahwa efek dari perkawinan buruk bagi perempuan ini setara dengan faktor risiko kesehatan tradisional, seperti aktivitas fisik dan merokok.

Wanita yang mengalami lebih banyak konflik dan perselisihan dalam hubungan mereka juga memiliki risiko lebih tinggi terhadap tekanan darah, obesitas perut, gula darah tinggi, trigliserida tinggi, menurut sebuah studi dari 276 pasangan yang disajikan dalam pertemuan tahunan 2009 American Psychosomatic Society. Studi ini juga menemukan istri akan lebih sering terkena daripada suami.

Konflik pernikahan juga telah dikaitkan dengan gangguan sistem kekebalan tubuh. Menurut sebuah artikel tahun 1993 di jurnal Psychosomatic Medicine, pasangan pengantin baru yang terlibat dalam 30 menit diskusi panas masalah pernikahan, cenderung memiliki tanggapan kekebalan tubuh yang relatif buruk, tidak seperti pasangan terlibat dalam perilaku positif atau mereka yang langsung menyelesaikan masalahnya.

Penumpukan Stress

Masalah dalam perkawinan bisa menyebabkan stres kronis. Menurut ulasan dalam jurnal Physiology and Behavior yang terbit pada 2003, pernikahan tertekan merupakan sumber utama stres bagi pasangan. Bahkan dalam studi tersebut mengatakan bahwa orang yang memiliki pernikahan yang tak sehat umumnya lebih buruk dalam kesejahteraan mereka daripada orang yang belum menikah.

Bahkan pernikahan yang buruk juga dapat meluas ke tempat kerja. Menurut sebuah artikel yang terbit pada 2005 di Annals of Behavioral Medicine, ketegangan dalam rumah tangga dapat mempengaruhi seseorang selama hari kerja, apalagi jika mereka yang jauh dari rumah. Para peneliti mengukur tekanan darah dan kadar hormon stres kortisol dari 105 laki-laki paruh baya dan wanita, dan membandingkannya tingkat stress mereka.

Mereka menemukan bahwa orang yang mengalami masalah dalam pernikahannya, dilaporkan mengalami stres yang lebih besar sepanjang hari, memiliki tekanan darah yang lebih tinggi di tengah-tengah hari kerja, dan kortisol tinggi di pagi hari. Faktor-faktor ini dari waktu ke waktu, bergabung untuk meningkatkan risiko obesitas, diabetes, depresi, serangan jantung dan stroke, kata studi tersebut.

Pemulihan Penyakit yang Lebih Lambat

Masalah dalam pernikahan dikaitkan dengan pemulihan untuk penderita kanker payudara, menurut sebuah studi 2009 yang diterbitkan dalam jurnal Cancer. Pasien dalam hubungan tertekan tidak hanya memiliki tingkat stress yang tinggi, mereka juga akhirnya menunjukkan fungsi lebih terganggu dibandingkan dengan mereka yang stabil, hubungan non-tertekan, kata studi tersebut. Selain itu, pasien yang tidak puas dengan pernikahan mereka juga kurang sesuai dengan regimen medis, seperti kepatuhan terhadap kebiasaan makan yang sehat.

Nah, melihat hal di atas tampaknya kamu nggak boleh lagi malu akan predikan jomblo karena terbukti jomblo lebih sehat dibandingkan mereka yang memiliki hubungan penuh masalah.

Share the knowledge!