Bayangkan kamu memiliki seorang adik berusia 5-6 tahun yang sedang radang tenggorokan. Menurut saran dokter, adikmu ini dilarang untuk makan gorengan. Ya iyalah, masa lagi radang tenggorokan mau makan gorengan. Apa nggak tambah parah tuh?
Setelah berobat beberapa hari dan belum sembuh total, tukang gorengan lewat di hadapannya. Jadilah adikmu ini ngidam gorengan, apalagi yang masih fresh baru saja digoreng. Ia datang kepadamu dengan tatapan mesra penuh harapan, minta dibelikan gorengan.
Dia belum sembuh, bahkan menelan makanan saja kadang nangis kesakitan. Kalau makan gorengan lagi, bisa-bisa radangnya tambah parah dan jadi sakit permanen. Sebagai kakak yang baik, tentu saja kamu menolak membelikan dia gorengan.
Nggak terima penolakan, adik kecilmu mulai menangis, meraung, meneriaki kamu dengan amukan dan kata-kata benci. Tapi apakah semua drama yang adikmu tumpahkan itu akan membuatmu berubah pikiran? Membuatmu membiarkannya makan gorengan dan memperparah radangnya?
Sekarang, tarik kesadaranmu kembali ke masa kini. Kamu adalah adik kecil itu. Hatimu yang patah adalah radang tenggorokannya. Mantanmu, adalah gorengannya. Apakah kamu akan membiarkan hatimu kembali mengonsumsi sang mantan, membiarkan radangmu semakin parah dan nggak kunjung sembuh?
I hope you won’t. I hope you will take a better care of your heart.
Alasan mengapa kamu sulit move on karena hal-hal yang kamu ingat hanyalah yang manis-manisnya saja. Ucapan dan janji manis (meski nggak pernah ditepati), tindakan dan perilaku manis (meski ternyata akhirnya kamu dikhianati), kenangan manis ketika bersama (meski kamu punya juga kok, kenangan pahit bersama dia) membuat kamu sulit untuk move on.
Ketika mengingat hal-hal yang manis-manis saja, tentu saja kamu akan menjadi penuh harapan lagi, penuh cinta lagi, dan kamu pun jadi seperti si adik kecil yang ngidam gorengan ketika sedang radang tenggorokan.
Padahal, bila kamu sungguh sungguh berpikir realistis dan tanpa dibutakan harapan, kamu akan sadar bahwa hubunganmu berakhir karena ada hal-hal yang nggak bisa kamu perbaiki. Hubunganmu berakhir karena yang terjadi bukan hanya yang manis-manis saja, tapi juga semua hal pahit dan keburukan yang nggak bisa disembuhkan lagi.
Apakah kamu akan membiarkan si adik kecil makan gorengan lagi? Atau kamu akan tegas merawat radang tenggorokan sang adik? Pilihannya ada di tanganmu….
Bila kamu memilih untuk sembuh, silakan gunakan panduan move on hari demi hari berikut ini: