Namanya juga manusia, pasti sulit bagi kita untuk mengakui kesalahan sendiri. Namun, ada saatnya kita wajib mengakui kesalahan kita karena apa yang kita lakukan ternyata menyakiti orang lain. Kalau kamu malah merasa tidak bersalah dan membenarkan perbuatan salahmu terhadap pasangan demi kebaikanmu sendiri, artinya kamu bersikap abusive atau melakukan kekerasan emosional atau fisik.
Bersikap abusive tidak perlu melakukan kekerasan fisik. Menyakiti hati pasangan dan merendahkan perasaannya juga termasuk kekerasan secara emosional. Kamu dan orang lain bisa menganggap remeh kekerasan emosional dan hal biasa dalam hubungan, tetapi kekerasan ini juga bisa mengancam pasangan dan merusak mentalnya.
Bagaimana kekerasan mental bisa terjadi? Menurut artikel yang dimuat di Psychology Today oleh Steven Stosny, Ph.D, kekerasan mental berawal ketika kadar kebencian atau kekesalanmu terhadap pasangan lebih banyak daripada rasa cintamu kepadanya. Kamu bisa mengontrol, merendahkan, dan mengkritik pasangan sampai dia kehilangan harga dirinya. Berhubung semua orang bisa menjadi korban kekerasan emosional, berikut ini adalah tanda-tanda kekerasan emosional yang membuat hati pasangan jadi babak belur.
1. Kamu Selalu Menyalahkan Pasangan
via Journey of 1 Thousand Miles
Pernahkah kamu membuat pasangan merasa dia yang selalu salah dan gagal dalam melakukan sesuatu? Dimulai dari pekerjaannya, perannya sebagai pasanganmu, kemampuan atau bakat yang dia miliki. Tidak hanya itu, kamu sendiri juga menolak untuk disalahkan. Mungkin kamu akan marah-marah dan berusaha memutarbalikkan fakta bahwa karena kesalahan pasanganmulah yang menyebabkan masalah terjadi.
Selain itu, kamu juga merendahkan pasangan dengan mengatainya bodoh, mengecewakan, dan lain sebagainya. Kamu membuat pasangan meragukan dirinya sendiri dan lama-kelamaan, dia akan termakan olehnya. Sedih sekali, ya.
2. Suasana Hati Kamu Sering Berubah-ubah di Depan Pasangan
via Dr. Phil
Apakah suasana hatimu sering berubah-ubah di depan pasangan? Tadinya senang lalu sebentar kemudian berubah marah. Ini salah satu tanda pelaku kekerasan emosional, suasana hatinya sering berubah-ubah agar pasangannya sulit memprediksi apa yang dia rasakan berikutnya. Dengan cara ini, pelaku mengontrol pasangannya.
Kalau kamu bersikap seperti ini, kamu membuat pasanganmu merasa harus ekstra hati-hati untuk tidak membuatmu kesal. Mungkin dia tidak mengakuinya padamu, pasangan bisa saja merasa ketakutan atau khawatir saat berada di dekatmu karena suasana hatimu tidak bisa diprediksi.
3. Kamu Mengekang Pasangan
via Limitless
Kamu menginginkan pasangan hanya untuk kamu saja. Kalau kamu melarang dia menemui dan menghubungi temannya, melakukan apa yang dia suka, atau pergi ke luar tanpa izinmu, berarti kamu mengekang pasangan. Pasangan yang abusive sengaja melarang pasangannya memiliki kehidupan lain di luar hubungan, termasuk menemui keluarga dan teman-temannya. Sah-sah saja kalau kamu menginginkan pasangan bersamamu, tetapi bisa jadi masalah kalau kamu sampai mengekang dia.
4. Kamu Tidak Tulus Mencintai Pasangan
via Huffington Post
Ucapan sayang memang manis untuk didengar, tetapi, kalau sudah berubah menjadi, “Aku sayang sama kamu, tapi…” akan terdengar sangat menyakitkan.
Kata cinta yang diiringi ‘tapi’ selalu diiringi oleh kritikan, tuntutan, dan ancaman darimu (e.g. “Aku sayang sama kamu, tapi kamu berubah, dong!) adalah salah satu sikap pelaku kekerasan emosional untuk mengontrol dan mengubah pasangannya. Kalau kamu sering melakukan ini pada pasangan, artinya kamu tidak bisa mencintai pasangan kecuali dia mau berubah atau bersikap sesuai keinginanmu.
5. Kamu Ingin Pasangan Hanya Fokus Padamu
via Dr. Phil
Misalnya, pasangan sedang bersedih dan membutuhkanmu untuk menjadi tempat sandarannya. Bukannya menghiburnya, kamu malah meremehkan perasaan dia dan masalah yang dia hadapi agar dia fokus dengan urusanmu saja. Kamu memperlakukan pasangan seperti ini karena kamu ingin memiliki kontrol penuh dalam hubungan. Jika kamu merasa melakukannya pada pasangan, berarti kamu harus mencari pertolongan.
6. Kamu Menganggap Semua Poin di Atas Tidak Terjadi Padamu
via Huffington Post
Baiklah, anggap saja kamu benar-benar tidak merasa melakukan semua perbuatan yang sudah disebutkan sebelumnya. Namun, pasti kamu akan berpikir kamu masih tetap tidak bersalah dan menganggap semua yang terjadi adalah kesalahan pasanganmu. Itulah yang disebut “gas lighting”, salah satu sikap yang ditunjukkan pelaku kekerasan.
Sekarang jujurlah pada dirimu sendiri. Kamu bisa berubah dengan meminta pertolongan dari orang-orang terdekat atau melalui konseling. Seperti yang sudah disebutkan, kekerasan emosional terbentuk karena kebencian dan kekesalan dalam hubungan. Di sinilah kamu harus bisa menyingkirkan kebencian tersebut dengan berkomunikasi. Ikhlaskan semua dendam, sayangilah diri sendiri, dan carilah bantuan sebanyak-banyaknya untuk mengusir kebencian yang kamu pendam. Semakin kamu sayang diri sendiri, kamu juga akan bisa menyayangi orang lain.