Bukan bermaksud menjelekkan, tapi pernah tidak kamu melihat sepasang kekasih di mana si wanita memiliki penampilan yang sangat menarik, sedangkan si pria sangat-sangat biasa? Lalu kemudian kalau melihat seperti itu, banyak yang berpikir, “Ah, ceweknya pasti matre!” atau “Pasti ceweknya bodoh!”
Wah, kalau kamu sempat berpikir seperti itu, kini saatnya mengubah pemikiran negatif kamu. Pasalnya sebuah penelitian menunjukkan bahwa pasangan di mana si wanita yang memiliki penampilan yang lebih baik daripada suaminya, ternyata lebih positif dan mendukung daripada pasangan lainnya.
Seperti dilansir dari Livescience, dalam studi tersebut para peneliti menduga bahwa pria memang menempatkan nilai pada kecantikan, sedangkan wanita lebih tertarik pada pria yang mendukungnya. Para peneliti mengakui bahwa cantik bersifat subjektif namun studi menunjukkan adanya beberapa standar universal, termasuk mata yang besar, baby face, wajah simetris, dan spesifik rasio pinggang-pinggul pada pria dibandingkan wanita.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan, bahwa individu dengan penampilan yang mempesona saling tertarik satu sama lain dan begitu mereka berhubungan, mereka melaporkan kepuasan hubungan yang lebih besar. Studi ini, terutama didasarkan pada pasangan baru, menunjukkan bahwa kecantikan mutlak penting dalam tahap awal sebuah hubungan, kata pemimpin peneliti James McNulty dari University of Tennessee di mana penelitian tersebut terdapat di jurnal Family Psychology . Namun, peran ketertarikan pada fisik dalam hubungan yang serius , seperti perkawinan, merupakan suatu misteri.
Pasangan yang Mendukung
Tim McNulty menilai responsen yang terdiri dari 82 pasangan umur pertengahan 20-an yang telah menikah selama 6 bulan dan hampir tiga tahun telah memiliki ikatan sebelumnya. Peneliti merekam obrolan pribadi setiap pasangan saat berdiskusi dengan pasangannya selama 10 menit. Rekaman dianalisi untuk melihat apakah mereka saling mendukung banyak hal, misalnya goals untuk makan sehat, mendapatkan pekerjaan baru, dan juga olahraga yang lebih sering.
“Seorang suami yang negatif akan mengatakan, ‘Ini masalah kamu dan itu urusanmu’, sedangkan suami yang mendukung akan mengatakan, ‘Hei, aku ada di sini untuk kamu. Apa yang bisa aku lakukan untuk membantu kamu?’” kata McNulty.
Dalam penelitian tersebut, responden dinilai dari daya tarik wajah setiap pasangannya dalam skala 1 sampai 10—di mana skala 10 berarti wanita yang paling cantik. Sekitar sepertiga dari responden memiliki istri yang menarik, sepertiga sumi yang lebih menarik, dan sisanya menunjukkan kecocokan penampilan.
Throphy Wives
Secara keseluruhan, istri dan suami bersikap lebih positif ketika si wanita lebih menarik.
“Hal itu sangat wajar,” kata Dan Ariely, seorang profesor ekonomi di Program MIT di Media Arts and Sciences and Sloan School of Management. “Pria sangat sensitif terhadap daya tarik perempuan. Perempuan tampaknya peka terhadap tinggi badan dan penghasilan seorang pria,” kata Ariely, yang tak terlibat dalam studi baru-baru ini.
Dalam pasangan dimana kaum suami lebih menarik, baik suami maupun istri kurang mendukung satu sama lain. McNulty menyarankan para istri untuk menirukan beberapa dukungan yang mereka dapatkan dari sang suami. “Para suami yang kurang menarik secara fisik daripada istrinya mendapatkan sesuatu yang lebih dari yang diharapkannya dan yang dia berikan,” kata McNulty LiveScience. “Jadi dia akan bekerja keras untuk mempertahankan hubungan itu.”
Pria yang lebih menarik dari pasangan mereka secara teoritis memiliki akses dengan orang lain yang lebih menarik daripada pasangan mereka saat ini, kata McNulty. Mental “Rumput tetangga lebih hijau” dapat membuat orang-orang kurang puas dan kurang berkomitmen untuk mempertahankan pernikahan.
Hmmm, benarkah seperti itu?