“Rindu adalah bahan bakar yang membuat api hubungan terus panas membara!” kata banyak orang.
Kalau Anda dan kekasih terpisah oleh jarak yang sedemikian jauh, hubungan biasanya akan dipenuhi gelora rindu yang tiada habisnya. Jadi masuk akal sekali jika banyak pasangan LDR melaporkan bahwa hubungan tersebut merupakan hubungan yang ajaib, membara, unik, dan salah satu pembuktian kekuatan cinta.
Mereka selalu menyatakan begitu. Pada awalnya.
Saya tahu persis karena saya pun pernah menjalaninya. Beberapa kali. Ketika sensasi euforia dari awal pacaran sudah mereda, LDR mulai menunjukkan wajah aslinya. Sama seperti Anda dan kekasih mulai saling menyadari kelemahan dan keburukan satu sama lain, kalian berdua juga akan mulai saling terpengaruhi oleh efek dari jurang jarak pemisah.
Ada tiga penyebab LDR yang mesra dan indah lama-kelamaan jadi sulit.
1. KEJENUHAN
Saling bercanda dan menggoda via Skype tentu indah menyenangkan, tapi selalu melakukannya setiap hari, termasuk di akhir pekan, cepat atau lambat akan terasa jadi ritual yang menjemukan kalau bukan melelahkan. Teman-teman asyik keluar jalan-jalan, pasangan lain menikmati makan malam dan kegiatan romantis lainnya, sementara Anda dan kekasih kembali mengunci diri di kamar bertatap-tatapan berdua saja, saling memberi laporan, lalu mengulang-ulang candaan yang sama. Hubungan non-LDR saja gampang jenuh, apalagi LDR.
2. MISKOMUNIKASI
Dalam LDR, komunikasi adalah satu-satunya hal nyata yang kalian miliki. Tapi itu pun biasanya banyak dirusak oleh miskomunikasi misalnya karena salah mengerti maksud si dia dan kesalahan penulisan tanda baca. Itu masih belum termasuk menurunnya minat ngobrol dan meningkatnya drama akibat faktor teknologi, seperti sinyal hilang atau koneksi yang terputus-putus. Kalau mengobrol aja susah, ya hubungan jadi terasa lelah. Ketika salah satu pihak lelah mengelola hubungan, sudah dipastikan percintaan itu akan hancur tinggal menunggu waktu.
3. KEKHAWATIRAN
Menurut sejumlah penelitian, Long Distance Relationship punya potensi selingkuh yang sama tingginya dengan hubungan non-LDR. Itu bisa dibilang berita baik.
Berita buruknya adalah, “Tingkat ketakutan dan kekhawatiran akan selingkuh yang dialami pasangan LDR jauh lebih tinggi dibanding pasangan non-LDR,” menurut GT Guldner sebagai salah satu ilmuwan peneliti tentang hubungan jarak jauh. Seringkali stress kekhawatiran itulah membuat hubungan jadi penuh konflik dan akhirnya hancur, padahal keduanya sangat cocok dan sudah berusaha setia satu sama lain.
Itu sebabnya dalam setiap kesempatan saya selalu tidak merekomendasi LDR, khususnya jika dari PDKT saja sudah terpisah jarak jauh. Jika Anda dan pasangan awalnya dekat namun kemudian terpaksa terpisah karena satu dan lain hal, Anda perlu bantuan khusus dalam couple coaching agar bisa mengkustomisasi solusi untuk hubungan.
Keterpisahan dan kerinduan bisa membuat cinta semakin membara jika porsinya tepat. Sayangnya, LDR tidak hanya memperbesar hal-hal itu, tapi juga memperbesar tiga monster yang saya jelaskan di atas. Kenapa saya sebut neraka? Karena jika tidak bisa mengatasinya, Anda merasa sudah terjebak: di dalam tersiksa, tapi mau keluar pun tak bisa. ;)
Jadi yakin Anda dan kekasih sudah siap menghadapinya?