Bagi seorang pujangga bodoh yang muluk, LDR adalah sebuah ujian ketahanan cinta. Yang memang kenyataanya, ujian yang satu ini paling royal dalam menggugurkan peserta LDR. Banyak cerita manis dari LDR yang berakhir di pelaminan, tapi lebih lebih banyak lagi kasus LDR yang berakhir di tengah jalan. Jika Anda sedang berpikir untuk menjalani LDR, ada baiknya beberapa info berikut Anda simak.
1. Perbedaan ekspektasi-kenyataan.
Menurut statistik penelitian yang pernah dilakukan terkait LDR, dari 60 pasangan yang menjalani LDR hanya tersisa 18 pasangan saja yang melanjutkan relationshipnya setelah mereka menyelesaikan ujian satu ini. Hal ini disebabkan perbedaan ekspektasi terhadap pasangan antara fase selama LDR dan fase setelah LDR. Misal ketika LDR, pasangan terasa begitu perhatian dengan SMS perhatian mengingatkan makan siang. Tapi ketika mereka bertemu secara fisik, perhatian itu tidak lagi sering dilakukan ketika LDR dulu. Contoh lain, ketika LDR minim tatap muka langsung. Ketika ketemuan secara fisik, “Kok dia ga sama dengan apa yang gw bayangin ya? Kok sekarang dia agak berubah deh ga kayak dulu.”
2. Hilangnya cita rasa sentuhan.
Sentuhan kasih sayang dari orang yang kita cintai adalah sebuah dinamit yang siap meledakkan hormon endorfin dalam otak kita, yang membuat kita merasa senang, nyaman, dan intim. Dalam sebuah hubungan, sentuhan sangat begitu dibutuhkan sebagai pemupuk keintiman. Jika faktor ini dieliminasi atau diminimalisir intensitasnya, tentu saja tingkat keintiman hubungan akan menurun. Bisa jadi lebih renggang.
3. In-relationship rasa jomblo.
Menyandang predikat “pacaran” berarti Anda memiliki sosok yang setidaknya terlihat sesekali menemani Anda mengunjungi sebuah acara atau sekedar jalan-jalan santai. Ada sosok untuk Anda pamerkan ke teman-teman Anda ketika hangout bareng. Ada sosok yang menjadi tandem Anda untuk memamerkan kemesraan di depan umum. Ada sosok yang menggandeng tangan Anda, yang menandakan Anda tidak lagi single. Dengan kata lain, wujud fisiknya terlihat. Namun jika kondisi-kondisi tadi tidak dipenuhi, apa bedanya Anda dengan seorang jomblo yang mengaku sudah memiliki seorang kekasih?
4. Menjalani hubungan yang melelahkan.
Dengan LDR, Anda tidak bisa melihat dengan mata kepala Anda sendiri apakah pasangan Anda sedang berbohong atau tidak. Maka pikiran Anda akan kerap disusupi kecurigaan bahwa pasangan Anda sedang bersenang-senang dengan selingkuhannya. Anda menjadi begitu sensitif akan masalah yang hadir, Anda semakin insecure.
5. Cost & effort yang lebih besar.
Dapat dipastikan Anda perlu mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk pulsa dan tiket demi bertemu si dia. Kecuali Anda begitu tangguh menahan rindu setahun sekali untuk bertemu. Dan besarnya biaya ini yang akan Anda keluhkan jumlahnya jika hubungan Anda kandas nantinya.
6. Pria visual, Wanita perasa.
Wanita kerap menyanggupi LDR, karena mereka makhluk yang cenderung ke perasaan ketimbang visual, yang hanya dengan mendengar suara pasangannya di ujung telepon sana dan imajinasi serta angan-angan tentang pasangannya saja sudah setidaknya cukup mengguyur dahaga rindunya. Tapi bagaimana dengan pria? Suara dan imajinasi tentang pasangannya saja seakan tidak ada artinya tanpa kontak fisik langsung dan kehadiran sang wanita secara visual.
Ingat, LDR bukanlah trend yang akan bikin kamu jadi keren. LDR terjadi karena paksaan situasi dan kondisi. Kalau masih ada yang bisa diajak untuk tidak LDR, kenapa harus ngotot LDR?