Menghindari Kekerasan Dalam Hubungan Cinta

Tempo hari saya menjenguk seorang rekan yang katanya karena terpeleset di balkon rumah. Melihat keadaannya, saya heran kok yang terluka cuma bagian wajahnya sementara kaki dan tangannya masih mulus. Lalu seorang teman berbisik kepada saya: “Jangan tanya kenapa, sebenarnya dia dihajar habis oleh suaminya, bukan jatuh.” Seketika saya langsung mengelus dada. Saya duga dia kena kekerasan dalam hubungan.

“KDRT selalu jadi kasus terbanyak. Alasan utamanya karena di Indonesia masih ada budaya patriarki,” kata Dewi Ayu Kartika Sari sebagai Koordinator Bidang Pemantauan Komisi Nasional Perempuan. Menurutnya, jumlah kasus KDRT yang diadukan selama tahun 2017 sekitar 300.000 kasus dan semakin besar jumlahnya sejak 10 tahun terakhir.

Jumlah kasus KDRT yang dilaporkan ada sekitar 300.000, entah berapa banyak sisanya yang disembunyikan oleh korban. Bisa jadi Anda dikelilingi oleh korban-korban KDRT yang tidak ter-expose, seperti rekan saya itu. Kebanyakan korban kekerasan enggan melaporkan kejadian yang dialaminya karena takut dan diancam oleh pasangannya. KDRT sendiri tidak hanya sekedar kekerasan fisik, tapi juga kekerasan verbal dalam bentuk penghinaan, intimidasi, dan ancaman.

Kita tentunya tidak ingin hubungan percintaan diwarnai dengan adanya kekerasan, baik fisik maupun verbal. Akan lebih baik jika kita menghindari orang yang berpotensi melakukan kekerasan, daripada memaksakan kehendak dan berharap sang pelaku kekerasan mengubah sikapnya. Perlu diingat bahwa Anda tidak akan bisa mengubah sikap pasangan Anda. Hanya pasangan Anda yang mampu mengubah sikap atas kemauannya sendiri.

Baca juga:
Penyakit Sepele Yang Merusak Hubungan
10 Tanda Pasangan Anda Berpotensi KDRT

Jika Anda ingin menghindari hubungan yang penuh adu tinju, ada dua kunci utama untuk menghindarinya. Pertama, JANGAN BERHUBUNGAN dengan orang yang menyimpan bibit-bibit kekerasan. Kedua, cintai diri Anda melebihi cinta ke pasangan. Anda tidak mungkin membiarkan diri Anda babak belur dihajar pasangan kalau Anda benar-benar mencintai diri Anda sendiri.

Omong-omong apa yang memicu kekerasan dalam hubungan?

Faktor Pemicu Bom Waktu Kekerasan Dalam Hubungan

Dalam buku The National Academy of Sciences yang berjudul Understanding Violence Against Women disebutkan bahwa banyak sekali faktor yang memicu kekerasan, 5 pokok utamanya adalah:

  1. Individual determinants

Yang termasuk di dalamnya adalah faktor psikologi, pengaruh alkohol, kepribadian, attitude, gender schemas, seks, motif kekuasaan, dan social learning.

Seseorang yang melakukan kekerasan dalam hubungan mempunyai pola pikir yang sempit karena tidak bisa menyalurkan emosinya dengan cara yang baik. Apalagi jika ditambah dengan pengaruh alkohol yang membuatnya “melayang.” Di sisi lain, motif kekuasaan seperti budaya patriarki juga memegang peran terjadinya kekerasan, karena sang pelaku merasa berkuasa atas apa yang dimilikinya.

Kompleksitas faktor-faktor tersebut membuat suatu pergumulan yang akhirnya dilampiaskan dengan cara kekerasan.

  1. Dyadic contexts

Merupakan hubungan antara 2 orang yang melibatkan faktor emosi dan perasaan mendalam sehingga menciptakan suatu tradisi tersendiri. Misalkan: dalam berkomunikasi sehari-hari, sang istri dan sang suami sering menggunakan kata-kata yang kasar. Atau, saat bertengkar sudah terbiasa dengan adanya tamparan atau pukulan-pukulan. Anda harus berhati-hati dalam menciptakan “budaya” di relationship. Kebiasaan yang baik dan hangat akan menciptakan hubungan yang harmonis. Sebaliknya, bila yang dipelihara adalah kebiasaan buruk seperti memanggil pasangan dengan julukan kasar, sering memukul walau dalam konteks bercanda, maka akan jadi seperti apa nantinya kalau kalian bertengkar.

  1. Intitutional influence

Tingkat pendidikan, cara belajar, dan budaya yang diterapkan di sekolah juga bisa menjadi salah satu faktor timbulnya kekerasan. Barangkali sekolah mendidik kita dengan cara yang benar, tetapi lingkungan buruk di sekolah yang akan mempengaruhi seorang individu untuk bertindak tidak sesuai moral. Contohnya: kelakuan teman-teman yang kasar dan guru yang memberi hukuman dengan kekerasan pula.

  1. Societal influence

Jika Anda berada dalam kondisi masyarakat yang buruk (berada di sekitar tetangga yang bermain judi, mabuk-mabukan, dan lain sebagainya), maka kemungkinan Anda akan ikut menjadi pribadi yang buruk (individual determinants) bila tidak pandai menempatkan diri. Jadi, pandai-pandailah bergaul dan memilih pergaulan.

  1. Multifactor models

Multifactor models merupakan gabungan dari semua faktor-faktor di atas yang menunjukkan bahwa faktor pemicu kekerasan sangatlah kompleks.

Sementara Evi Tri Jayanthi dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga pada Survivor Yang Ditangani Oleh Lembaga Sahabat Perempuan Magelang menemukan bahwa perselingkuhan, masalah ekonomi, budaya patriarki, campur tangan pihak ketiga, bermain judi, dan perbedaan prinsip merupakan faktor penyebab terjadinya KDRT. Sementara faktor utamanya adalah perselingkuhan.

Ketika terjebak dalam situasi perselingkuhan, yang menjadi prioritas dalam benak Anda adalah si pihak ketiga ini. Maka secara tidak sadar, segala sesuatu yang dilakukan oleh pasangan Anda yang sebenarnya menjadi serba salah. Dari situ timbul perasaan tidak nyaman, bosan, dan emosi yang bisa saja diluapkan dengan cara kekerasan.

Baca juga:
Segala Sesuatu Selingkuh Pada Waktunya
Membongkar Statistik Perselingkuhan

Meski faktor pemicunya ada banyak, Anda tidak perlu takut terjebak di hubungan yang penuh dengan kekerasan. Jika ingin lebih selektif dalam memilih pasangan, Anda bisa mempelajarinya di artikel-artikel Kelascinta.com.

Menciptakan Hubungan yang Bebas dari Kekerasan

  1. Love your self

Seperti yang saya katakan sebelumnya, untuk menjalin sebuah hubungan yang sehat Anda harus mencintai diri Anda sendiri terlebih dahulu. Dengan mencintai diri sendiri, maka Anda akan dengan mudah membagikan cinta Anda untuk pasangan. Ingat prinsip bahwa bahagia itu Anda yang menciptakan, bukannya mengorek kebahagiaan dari pasangan Anda.

  1. Sadar bahwa diri Anda sangatlah berharga

Dengan menyadari betapa berharganya Anda, tidak mungkin Anda membiarkan diri menerima kekerasan dalam bentuk apa pun. Anda pasti akan mencari jalan agar keluar dari lingkup kekerasan tersebut. Tentunya Anda lebih memilih hidup damai dan penuh kasih sayang dengan orang yang Anda sayangi, ketimbang menghabiskan waktu dengan pasangan yang seperti tumor bernapas.

  1. Memahami seluk beluk pasangan

Setelah mencintai diri sendiri, Anda harus memahami karakter pasangan Anda. Di Kelascinta.com sudah ada artikel yang membahas Tanda Pasangan yang Suka Melakukan Kekerasan silakan dibaca dan pahami benar-benar karakter pasangan Anda.

Baca juga:
Tanda Pasangan Yang Suka Melakukan Kekerasan

Tidak hanya karakter saja, Anda juga harus mengetahui lingkup pergaulannya karena faktor lingkungan (termasuk keluarga dan tingkat pendidikan) merupakan faktor yang penting dalam pembentukan karakter.

  1. Tidak perlu terburu-buru menikah

Anda membutuhkan waktu yang lama untuk memahami karakter pasangan. Bahkan banyak orang-orang baru mengetahui karakter asli pasangan mereka justru setelah menikah. Oleh karena itu tidak dianjurkan untuk cepat-cepat duduk di pelaminan; habiskan minimal 2 tahun masa pacaran untuk benar-benar memahami pasangan Anda. Semua membutuhkan proses, apalagi untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Bagaimana jika kekerasan itu muncul setelah pernikahan?

Baca juga:
Mengapa Pasangan Saya Berubah
Masa Pacaran; Masa Semua Jelek-jeleknya Ketahuan

  1. Carilah pasangan yang menempatkanmu sebagai partner pendamping yang setara

Menurut coach Kei Savourie, hubungan adalah sebuah partnership sehingga butuh kerja sama antar partner yang setara. Bukan malah kerja paksa antar majikan dan bawahan.

Jika wanita Indonesia masih menganggap kedudukan pria lebih tinggi, lalu apa gunanya emansipasi wanita yang sering dikoar-koarkan publik? Meski Anda sudah diberi mahar dan diberikan pesta resepsi pernikahan yang mewah, bukan berarti Anda harus tunduk total pada pasangan. Lagi-lagi Anda harus bisa menempatkan diri. Ingat poin pertama yaitu LOVE YOUR SELF.  Dengan begitu, Anda pasti menyadari bahwa wanita bukanlah properti yang bisa dibeli dan dipakai sesuka hati.

Baca juga:
Fenomena Ngebet Nikah: Apa dan Siapa Penyebabnya

Dalam berumah tangga, suami dan istri mempunyai perannya masing-masing. Jangan biarkan budaya patriarki menghiasi rumah tangga Anda. Yang dibutuhkan dalam suatu hubungan adalah kerjasama dan kesepakatan untuk membangun rumah tangga yang harmonis tanpa embel-embel paksaan.

Jadi sudah siapkah Anda memahami karakter pasangan lebih dalam lagi agar terhindar dari kekerasan? Mari jadikan wawasan ini sebagai panduan untuk menekan angka KDRT di Indonesia. Selamat berproses menjadi orang yang cerdas dan jangan pernah berhenti untuk mempelajari cinta bersama Kelascinta.com.

REFERENSI

[1] Komnas Perempuan: KDRT Jadi Kasus Terbanyak Pada Perempuan

[2] Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga Pada Survivor Yang Ditangani Oleh Lembaga Sahabat Perempuan Magelang