9 Alasan Pria Tidak Boleh Menjadikan Pasangan Prioritas Hidupnya

Home Articles 9 Alasan Pria Tidak Boleh Menjadikan Pasangan Prioritas Hidupnya
Share the knowledge!

Mendapatkan wanita berkualitas sebagai pasanganmu adalah salah satu pengalaman paling berharga dalam hidupmu. Kamu sangat mencintainya, rasanya kamu rela melakukan apa saja untuknya. Si dia pun menjadi prioritas utamamu dalam hal apapun. Inilah yang dilakukan pria kebanyakan pada wanita tersayangnya, baik masih berstatus gebetan atau sudah menjadi istri. Akan tetapi, memprioritaskan wanita dalam hidupmu adalah kesalahan besar, Guys.

Ya, memang selayaknya wanita diperlakukan dengan hormat, dihargai, dan disayangi. Namun, dalam melakukan semua itu, tidak sepantasnya kamu mengorbankan diri dan menyakiti diri sendiri. Dan seorang pria sejati adalah pria yang berani bersikap tegas pada wanita tersayangnya. Inilah yang akan terjadi apabila kamu terlalu mengagungkan dan membuat gebetan atau pasangan sebagai prioritas utama dalam hidupmu.

1Menggantungkan kebahagiaan pada si dia bisa membuatmu sengsara saat dia sedang tidak hadir buatmu. Saat dia kesusahan, kamu jadi ikut susah dan menyuruh dia bahagia demi kamu. Ketika si dia melakukan kesalahan, sakit hatinya bisa berpuluh kali lipat rasanya. Dan ketika dia meninggalkanmu, hatimu hampa serasa ingin mati saja. Makanya, meski kamu cinta mati pada si dia, jangan sampai kamu lupa akan kemandirian dan kelebihan diri kamu.

2Inilah salah satu akibat dari sikap codependen pada orang lain. Seolah-olah hidupmu selalu kehilangan sesuatu dan kamu tidak pernah bisa menyembuhkannya. Bahkan saat kamu berbahagia bersama si dia, pasti selalu ada saja yang terasa kurang di antara kalian. Ketika kamu menggantungkan hidupmu pada si dia, tanpa sadar kamu telah melupakan keutuhan diri dan individualitasmu.

3Menggantungkan kebahagiaan pada orang lain membuatmu selalu mempertanyakan dan menganalisa segala sikap dia padamu. Segala hal yang kamu lakukan, kamu lakukan demi kebahagiaannya, bukan kebahagiaanmu. Sehingga ketika dia tidak suka dengan apa yang kamu lakukan, kamu kecewa dan gusar setengah mati. Kamu jadi overthinking, selalu memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. Akhirnya kamu jadi mudah galau, cemburu, dan posesif tanpa alasan jelas.

4Ketika kamu sudah cemburuan dan posesif, kamu mulai menyalahkan pasanganmu karena dia tidak berusaha membahagiakanmu. Lama-kelamaan dia mulai jenuh dan merasa tersiksa bersamamu karena kamu tidak memberinya ruang gerak dalam hubungan.

Sedihnya, kamu tidak akan sadar dia tersiksa olehmu, karena kamu terlalu sibuk mengurusi insecuritymu untuk memperhatikan dirinya.

5Karena kamu sudah menetapkan dia sebagai satu-satunya sumber kebahagiaanmu, teman-temanmu tidak lagi penting buatmu. Kamu mulai menolak ajakan kumpul mereka karena terlalu sibuk dengan si dia. Awalnya sih, mereka bisa memaklumi kamu. Namun, kalau sudah keterusan, mereka bakal jengah dan menjauhi kamu juga. Barulah setelah kamu ditinggalkan si dia, kamu sadar betapa kesepiannya kamu.

6Wajar saja kalau kamu merasa kehilangan dan rindu si dia usai quality time pada awal jadian. Namun, kalau hal itu terus berlanjut, itu sudah kecanduan namanya. Ibarat pecandu narkoba yang merasa kosong dan tidak sehat sebelum mendapatkan narkobanya, kamu tidak akan pernah bahagia sampai si dia hadir buatmu.

Kamu bahagia ketika dia ada, tetapi setelah dia menghilang, kamu mulai kebingungan dan gelisah. Lama-lama, kamu jadi menuntut lebih padanya. Kamu berusaha memonopoli hidupnya demi memuaskan candumu.

7Cepat atau lambat, kamu akan menyadari telah kehilangan si dia. Tidak itu saja, kamu juga akan kehilangan impian, tujuan hidup, dan rasa sayangmu terhadap diri sendiri. Itulah sebabnya, kamu tidak boleh mengorbankan impian dan keutuhan dirimu demi membahagiakan orang lain. Jika ada yang bilang mengorbankan pekerjaan, pertemanan, dan kehidupanmu demi orang tercinta adalah keharusan, itu omong kosong.

8Kalau kamu yang bilang, “Nggak apa gue menderita, asal dia bahagia,” berarti kamu benci diri sendiri. Kamu tidak sadar betapa berharganya diri kamu. Kamu berusaha mati-matian membahagiakan dia, tetapi kamu lupa membahagiakan diri sendiri. Kamu berpura-pura bahagia padahal kamu merana. Setelah itu, kamu akan selalu mengalah dan berkorban karena kamu takut bertengkar dan ditinggalkan dia. Apakah sikap seperti itu merefleksikan pria sejati, Guys?

9Hubungan yang mengagungkan pasangan sudah membusuk dan bisa diprediksi kegagalannya sejak awal, Guys. Hati kecilmu sebenarnya sudah tahu, sehingga kamu rentan takut kehilangan dirinya. Jika terus dibiarkan, hubungan akan berjalan searah dan tidak seimbang. Makanya, sebelum kamu memantapkan diri mencintai seseorang, pastikan kamu sudah mencintai diri sendiri, ya!

Share the knowledge!