Punya Prinsip Cinta Sendiri? Bagus, Tapi Yang Pakai Siapa Saja?

Home Articles Punya Prinsip Cinta Sendiri? Bagus, Tapi Yang Pakai Siapa Saja?
Share the knowledge!

Karena bagian dari tugas saya di dalam network Hitman System salah satunya adalah mengawasi akun twitter resmi @hitmansystem, maka membaca mention-mention yang masuk sudah jadi pekerjaan sehari-hari. Ada banyak pengalaman yang menarik dari pekerjaan tersebut. Entah membaca curhat nanggung (karena hanya 140 karakter), curhat colongan, ucapan terima kasih, namun yang hari ini akan saya bahas adalah mention-mention yang penuh api prinsip dan idealisme tentang cinta.

Contoh prinsip cinta dari beberapa mention yang kadang bahkan sampai “kultwit” di kolom mention”

  • Cinta itu suci, tak memandang rupa. Kalau memandang rupa, berarti nafsu.
  • Kalau memang cinta, dia akan memperjuangkan segalanya sampai akhir.
  • Dalam PDKT, jangan tunjukkan cinta, tapi tunjukkanlah kasih. Karena cinta itu menolak, kasih itu menerima. *lalu lanjut sampai empat halaman folio tentang kasih abstrak yang tidak kelihatan aplikasinya sama sekali selain sastra*

Dan berbagai jenis kalimat-kalimat indah motivasi yang sering ada di akun-akun menye lainnya.

Begini, punya prinsip itu bagus. Idealis pun bagus. Tapi yang namanya cinta, romansa, PDKT dan pergaulan itu berhubungan dengan banyak orang. Kamu boleh punya prinsip APA SAJA tentang semua itu, tapi bila orang lain tidak menggunakan prinsip yang sama, bukankah jadinya sia-sia? Contoh, kamu ngobrol tentang kuda dengan anak kecil yang percaya bahwa pegasus itu ada dan nyata, tentu saja akhirannya nggak nyambung.

Nah misalnya ada orang yang punya prinsip cinta bahwa “Cinta itu suci, tak memandang rupa.” Lalu karena prinsip itu, dia mengabaikan penampilan, keluar rumah dalam kondisi lecek, kumel, rambut berantakan, muka minyakan, jerawatan pula. Istilah bekennya, “Apa adanya.” Tapi ironisnya, orang-orang ini hanya mendekati lawan jenis yang menarik saja, padahal kata prinsipnya “cinta tidak memandang rupa.” Setelah sekian lama, karena tidak ada yang tertarik, dia lalu berkata, “Di jaman modern ini, cinta sejati sudah mati dan tak ada lagi. Cuma ada uang dan tampang.” Kamu tentu kenal dan bisa langsung menyebutkan orang-orang yang seperti ini.

Atau ada orang lain yang berkata, “Kalau memang cinta, dia akan memperjuangkan segalanya sampai akhir.” Tapi orang yang ngomong sebenarnya cuma diam saja, sambil menunggu dan menagih perjuangan dari orang-orang yang “kelihatannya” mencintai dia. Dia sendiri tidak melakukan apa-apa, cuma nunggu aja sambil ngetwit, “Bila memang cinta, ya berjuang.” Setiap hari. Sambil membenci orang-orang lain yang hubungannya bekerjasama, lalu jadian. Sama seperti contoh di atas, kamu tentu kenal dan bisa langsung menyebutkan orang-orang yang seperti ini.

Bukankah jadinya menyedihkan?

Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu juga punya prinsip cinta yang idealis? Idealis itu memang bagus, asal realistis. Ada begitu banyak hukum alam dan kondisi sosial yang tidak akan pernah berubah, tidak peduli seberapa idealis kamu ngotot ataupun setiap hari ngetweet tentang prinsip kamu. Contoh: Sampai kapan pun, orang akan selalu tertarik pada lawan jenis yang menarik, titik.

Sesekali, kamu perlu berhenti sejenak dan merenung tentang bagaimana hasil prinsip kamu selama ini. Bila hasilnya selama ini adalah jomblo, merana, selalu iri dengan orang lain, ngebet nikah dan selalu salah mengira sinyal dari orang lain, bukankah itu tanda yang jelas tentang kualitas prinsip kamu? Bila kamu menginginkan hasil yang berbeda, sudah saatnya kamu mengganti apa yang kamu percaya selama ini.

Kamu pernah dengar prinsip-prinsip aneh lainnya tentang cinta yang nggak masuk akal dan nggak pernah kelihatan hasilnya? Yuk berbagi di kolom komentar.

Share the knowledge!