Sebelum Menikah Di Usia Muda

Home Articles Sebelum Menikah Di Usia Muda
Share the knowledge!

Menikah muda memang menjadi sebuah pilihan bagi setiap orang. Bagai dua sisi mata koin, menikah muda memiliki dua sisi yang berseberangan. Bagi yang pro, menikah muda dianggap memiliki beberapa keuntungan seperti menekan kemungkinan perzinahan, memiliki kesempatan melihat cucu di masa senja, hingga meringankan tanggung jawab orang tua dari pihak wanita (karena setelah menikah si Wanita menjadi tanggung jawab suaminya).

Setiap orang berhak memiliki pandangannya masing-masing terhadap menikah muda. Saya pribadi berdiri di kubu yang pro menikah di usia sangat matang, sekitar di atas usia 30 tahun untuk Pria. Ketika semuanya sudah stabil dan siap. Sebab, dengan menstabilkan keseluruhan aspek, otomatis beberapa masalah yang akan terjadi dalam kehidupan rumah tangga nantinya akan tereliminasi atau terminimalisir dengan sendirinya. Tiga faktor yang perlu Anda pertimbangkan untuk menikah muda adalah sebagai berikut.

1. Kemapanan finansial

Dengan berbekal finansial mapan, maka pertanyaan seperti “Mau dikasih makan apa keluarga saya nanti? Tinggal dimana? Bagaimana dengan sekolah anak? Uang dari mana untuk membiayai ketika keluarga saya sakit?” bukan lagi masalah. Ini yang membuat istri hanya perlu tenang dan fokus mengurus rumah tangga saja dan tidak perlu ikut kerja mencari nafkah tambahan.

Belum lagi bila ada masalah si istri punya penghasilan lebih besar dari suami, yang biasanya menyebabkan suami jadi minder sama penghasilan istri atau istri jadi besar kepala berasa mandiri tanpa suami karena bisa membiayai kehidupannya sendiri.

2. Kematangan mental

Kematangan mental akan menjawab pertanyaan “Tindakan apa yang harus Anda ambil ketika Anda dihadapkan dengan masalah hubungan Anda dengan istri, Anda dengan anak, Anda dengan keluarga besar Anda, Anda dengan keluarga istri Anda, Anda dengan lingkungan Anda?” Kematangan mental membuat Anda punya modal yang solid untuk menghadapi berbagai terjangan drama dalam kehidupan pernikahan nantinya.

3. Apakah dia pilihan yang terbaik, atau dia pilihan yang ada?

Menyeleksi dan mendapatkan pasangan yang terbaik akan menghindarkan Anda dari pernyataan “Ahhh.. coba saya tidak menikah buru-buru dulu, ternyata ada yang lebih baik daripada dia.” Menghindarkan Anda dari kemungkinan adanya perselingkuhan karena alasan Anda tidak merasa puas dengan kualitas pasangan yang sudah Anda pilih menjadi pasangan hidup Anda.

Ketidaksiapan tiga faktor di atas yang selama ini kerap menjadi biang keladi kenapa statistik perceraian begitu tinggi. Ayah saya menikah di umur 36 tahun, dan dia berkata “Kamu bisa merasa cukup dengan penghasilan kamu yang selangit ketika belum menikah. Semuanya terasa mampu kamu beli. Kamu yakin hidup kamu berlimpah dan berkecukupan sampai tua. Tapi ketika kamu menikah, kamu akan merasa estimasi finansial kamu ketika muda dulu ternyata salah”.

Jika menikah diibaratkan berlayar ke lautan luas, ada dua persiapan yang bisa Anda pilih:

a) Mau mulai berlayar dengan merakit kapal dari bahan kayu jati terbaik, perbekalan melimpah, kain layar yang masih baru dan baik, dayung yang kokoh, alat navigasi yang canggih, dan kru kapal yang ahli di bidangnya masing-masing.

atau

b) Berlayar dengan merakit kapal yang kayunya Anda ambil dari sisa kayu di pekarangan rumah, perbekalan seadanya, kain dari seprai kasur, dayung warisan nenek moyang, tanpa alat navigasi, bermodal satu juru dayung, dan berharap di tengah laut nanti Anda bertemu dengan orang yang dikirim Tuhan untuk memberi Anda perbekalan tambahan, kain layar dan dayung yang baru, menambal kapal Anda yang mulai bocor, memberi alat navigasi, dan menyumbang kru kapal.

Dari perumpamaan di atas sekilas sudah bisa dilihat persiapan mana yang punya kesempatan bertahan hidup lebih baik jika di tengah laut nanti bertemu dengan bajak laut atau ombak yang ganas. Mengharapkan bantuan yang akan datang nantinya adalah hal yang tidak pasti. Iya kalau datang, kalau nggak?

Anda bisa memilh, apakah ingin mempersiapkan diri jadi bahtera yang SUDAH SIAP melayari mahligai cinta, atau jadi bahtera setengah jadi yang mengandalkan (baca: merepotkan) pasangan Anda? Pilihan Anda.

Share the knowledge!