Nggak hanya performa dan ukuran Mr. P saja, pria pun mengkhawatirkan kualitas spermanya. Khususnya yang sudah menikah, kualitas sperma yang baik bisa membuat pasangan suami-istri mendapatkan anak. Sebaliknya, kualitas sperma yang buruk dapat menghambat mereka untuk memiliki keturunan.
Beragam hal dapat memengaruhi kualitas sperma pria, salah satunya gaya hidup yang dijalani. Lalu kini, sebuah penelitian menemukan hal lain yang bisa membuat kualitas sperma menurun
Hasil riset yang dipulikasikan dalam American Journal of Gynecology pada tahun 2004 lalu mengungkapkan, kesempatan pria untuk memiliki keturunan menurun seiring dengan pertambahan usianya. Riset tersebut menemukan, kesuksesan terjadinya kehamilan menurun sebanyak 11% setiap tahun usia bertambah.
Human Reproduction Update merilis sebuah riset pada tahun 2004. Penemuan mereka nggak jauh berbeda. Para ilmuwan Jerman yang melakukan riset ini mengatakan, motalitas (kemampuan sperma untuk berenang menuju sel telur) dan struktur sperma menurun ketika umur pria bertambah.
Antara Usia Sang Ayah, Kualitas Spermanya, dan DNA Anaknya
Harry Fisch, MD, direktur Male Reproductive Center di Columbia-Presbyterian Medica Center, melakukan penelitian lebih mendalam tentang dampak usia dan kualitas sperma. Dalam penelitiannya, Harry dan rekan timnya mengevaluasi lebih dari 3.400 bayi yang lahir dengan down syndrome.
Penelitian yang telah diterbitkan dalam Journal of Urology pada tahun 2003 tersebut menemukan, usia ayah dari bayi memegang peranan penting, terutama saat usia kedua orang tua di atas 35 tahun. Pria yang memiliki istri berusia 40 tahun lebih memiliki risiko paling besar untuk melahirkan anak down syndrome. “Kami menemukan masalah down syndrome ini berhubungan dengan sperma sekitar 50%,” ujar Harry.
Studi lainnya yang diterbitkan dalam Archives of General Psychiatry pada tahun 2001 mengungkapkan, pria yang baru punya anak saat berusia 45-49 tahun memiliki risiko 2 kali lebih besar mendapatkan keturunan dengan gangguan schizophrenia, dibandingkan dengan pria usia 25 tahun atau lebih muda. Risiko tersebut rupanya meningkat menjadi tiga kali lipa saat pria berusia di atas 50 tahun.
Riset yang telah dipublikasikan dalam jurnal Ilmiah Scientist and Nature menyebutkan hal serupa. Pertambahan usia berbanding lurus dengan memburuknya kualitas sperma. Para ahli menyimpulkan, dibandingkan dengan pria usia 20-an, pria berusia 40-an berpotensi dua kali lebih besar untuk mendapatkan keturuan dengan mutasi gen.
Hasil penelitian tersebut didasarkan pada riset terhadap DNA dari 78 orang tua di Islandia yang menunjukkan hubungan langsung antara usia ayah dan jumlah mutasi, yang terkait dengan schizophrenia dan autisme pada DNA anak. Salah seorang ilmuwan dari penelitian tersebut, Dr. Kari Stefansson, mengatakan bahwa naiknya jumlah anak yang menderita autisme kemungkinan disebabkan oleh faktor usia sang ayah.
Hasil Penemuan ini membuat Dr. Allan Pacey, ahli kesuburan di Inggris berpesan, “Segera punya anak. Jangan tunda sampai usia 50 tahun.”