Anda tahu apa yang membuat hidup sebagai jomblo itu capek, tidak enak, bahkan kadang terasa menyakitkan? Bukan, sobat, bukan karena Anda harus menjalani segala sesuatu dengan sendirian. Bukan juga soal merasa kesepian. Yang membuat kehidupan jomblo terasa seperti itu menyesakkan sama sekali itu tidak ada urusannya dengan masalah kesepian ataupun percintaan.
Anda mau tahu apa?
Berjanjilah Anda tidak akan menggeleng-gelengkan kepala sebelum Anda membaca artikel ini hingga habis.
Janji?
Jawabannya adalah karena semakin lama Anda menjalani kejombloan, semakin Anda kehilangan kepercayaan pada diri sendiri bahwa Anda pria normal yang mampu memiliki hubungan romance sebagaimana seharusnya. Dan semakin Anda kehilangan kepercayaan tersebut, semakin Anda kehilangan harga diri juga.
Jika ditolak oleh orang lain sudah cukup sakit, jauh lebih sakit lagi rasanya bila Anda ditolak oleh diri sendiri.Itu sebabnya Anda mengernyit kesakitan dan tergeletak payah setiap kali memikirkan mengapa Anda tidak punya seseorang yang menganggap Anda lebih spesial dari sekedar teman biasa.
Jebakan yang mengerikan, sobat.
Sekali Anda tersandung ke dalamnya, sulit sekali untuk bisa keluar tanpa pertolongan orang lain. Mencoba membereskan masalah tersebut dengan memaksa mengobral diri dan mengejar gebetan sebanyak mungkin sama saja dengan membunuh diri Anda sendiri. Anda harus mengerti bahwa rasa sakit yang Anda rasakan tidak akan terobati bila Anda mendapat pacar. Jangankan terobati, sedikit mengering saja tidak. Malah akan semakin tersobek menganga lebar.
Mengapa?
Karena seseorang bisa saja berpacaran, menjalani hubungan romansa yang intim dan dicemburui oleh teman-temanmu, tapi tetap terjangkit penyakit jomblo tanpa ada yang pernah mengetahuinya kecuali sang pasangan.
Anda kehilangan diri sendiri. Anda kehilangan kepercayaan untuk bisa meraih berbagai mimpi yang pernah Anda harapkan. Itulah rasa sakit yang Anda rasakan. Menemukan seorang pacar atau pasangan apapun tidak akan membuat Anda menemukan kepuasan dan kenyamanan identitas yang Anda inginkan.
Malah berpacaran sewaktu keadaan seperti itu akan membuat hubungan Anda membusuk setelah sekian waktu lamanya dan pasangan menyerah karena lelah harus meladeni obsesi dan tuntutan kepribadian Anda yang begitu mengekang. Hal tersebut hanya hanya bisa diobati dengan cara mengembalikan diri Anda pada tempatnya.
Beri waktu pada diri Anda untuk menemukan kembali hal-hal indah dan berharga yang sudah dicuri, direnggut setiap kali Anda mengalami kegagalan. Ijinkan diri Anda untuk mempercayai kembali hal-hal tersebut, sekalipun rasanya terlalu ajaib untuk dipercayai.
Waktu kecil dulu, Anda bisa bebas melakukan kesalahan tanpa perlu merasa kehilangan semangat belajar, kepercayaan dan harga pada diri Anda sendiri. Orang tua Anda mungkin akan kesal atau marah melihat Anda mencoret-coret dinding, baju, seprei dan semua benda lain yang berwarna putih, tapi umumnya mereka akan menyampaikan dengan cara yang lembut. Tidak peduli seberapa luas dan besar kesalahan Anda, mereka hanya akan berkata, “Oke sayang, papa mama sedikit kecewa dengan kesalahan kecil ini, tapi gapapa, lain kali gambarnya di sini aja ya sayang…”
Namun segala sesuatu berubah ketika Anda mulai beranjak usia yang lebih dewasa. Kesalahan sekecil apapun menjadi besar, “Katanya udah gede, tapi diminta tolong sekali aja jemput adikmu pulang sekolah aja kok bisa sampe lupa.”
Kesalahan besar, menjadi jauh lebih besar lagi, “Lihat aja nanti, gara-gara Anda berantem ada kemungkinan beasiswa kamu ditarik lagi. Kamu bisa sekolah bayar sendiri?”
Dan kesalahan yang sudah lebih besar disambung dengan berbagai kesalahan-kesalahan yang lebih besar lainnya, “Otak kamu kemana sih? Bulan kemarin tagihan telpon udah membludak sampe 2 juta, terus minggu lalu mobil dipake seenaknya padahal kami perlu anter Oma yang lagi sakit, trus skarang lagi bertingkah pulang malam. Kami kurang mendidik apa sih? Mau bikin kami stress dan cepet mati ya?!”
Seiring semua pengalaman-pengalaman seperti di atas, Anda belajar untuk tidak lagi mempercayai diri sendiri. Anda belajar untuk menganggap diri bodoh, pikun, jelek, aneh, lambat, teledor, kurang ajar, lemah, atau apapun yang dilabelkan oleh orangtua, generasi senior, dan masyarakat di sekitar Anda.
Anda belajar untuk menganggap segala sesuatu dengan personal dan terlalu serius karena semua orang berkata, “Wei, loe tuh dah gede, tau? Ngga jamannya lagi deh bertingkah dan main kayak anak-anak.”
Anda belajar untuk selalu bekerja dan berprestasi demi mendapatkan pengakuan orang lain, lalu setelah kepuasan dari pengakuan itu habis, terus bekerja keras lagi demi memenuhi kebutuhan tersebut.
Itulah sakit yang Anda rasakan meradang, bergelung-gelung di dalam dada. Sobat, sama sekali bukan soal Anda jomblo dan kesepian. Jomblo itu hanya momen dan katalisator yang membuat Anda sensitif terhadap rasa sakit yang sudah ada.
Kenyataan bahwa Anda belum atau tidak pernah berada dalam hubungan seperti yang Anda impikan hanya membuat lebih diyakinkan lagi bahwa Anda memang seorang loser yang tidak layak menikmati dunia.
Mulai sembuhkan diri Anda dengan mengijinkan diri merasa tenang dan percaya akan kemampuan yang Anda miliki sebagai manusia. Ijinkan diri Anda untuk mencoba meraih kembali kepolosan, semangat belajar, impian dan potensi berharga yang pernah ditolak mentah-mentah, mungkin oleh orang lain atau oleh diri Anda sendiri hanya karena pernah gagal dahulu.
Jadi jika Anda saat ini jomblo, jangan langsung terjun mencari pacar cakep di luar sana. Anda pasti tidak pernah tertarik dengan orang yang penyakitan. Kalaupun Anda mau berdekatan dengan mereka, itu pasti hanya berupa perasaan simpati atau empati.
Kalau Anda dalam keadaan yang terluka seperti ini berusaha mendekati seseorang dan mereka tidak melarikan diri, itu sudah pasti mereka tergerak oleh rasa sosial dan belas kasihan. Jangan harap bisa menembus Hanya Teman Baik Saja.
Kembalikan dirimu pada kondisi prima seperti sewaktu Anda masih kecil dahulu.
Sang Bocah yang tidak mengenal takut atau ragu, selalu dipenuhi dengan keingintahuan, tidak dibayang-bayangi oleh rasa menyerah, tenggelam dalam dunianya sendiri yang penuh keajaiban dan selalu bersemangat mengajak orang lain ikut masuk ke dalamnya.