Banyak perempuan berdalih sebagai seorang “realistis” ketika pada kenyataannya mereka hanya matre, hanya menginginkan kemudahan finansial. Tentu saya setuju bahwa cinta saja tidak cukup untuk menafkahi keluarga dan membeli susu anak di masa depan, tapi saya sungguh berharap kita semua bukan perempuan-perempuan matre, melainkan hanya realistis.
Matre, bukan realistis.
Perempuan yang matre menilai kualitas cinta pasangan berdasarkan seberapa banyak uang yang pasangan habiskan untuk menyenangkannya. Semakin banyak pasangan mengeluarkan uang untuk dirinya, ia merasa semakin berharga. Perempuan matre tidak bersedia bayar patungan atau bahkan gantian bayarin pasangan ketika kencan, karena merasa sudah sepantasnya dibayarin: Itu artinya keberadaan mereka dihargai.
Menyedihkan memang. Masih banyak wanita yang belum sadar bahwa dirinya JAUH lebih berharga dari jumlah uang yang dikeluarkan pasangan untuknya.
Mereka juga tak jarang pura-pura realistis, “Bayarin makan aja nggak mau, gimana nanti mau bayarin kebutuhan anak istri?” Karena sesungguhnya, bukankah kita tidak berhak meminta lelaki membuktikan kemampuannya menjadi suami ketika masih dalam tahap PDKT? Karena kita sama sekali tidak berencana untuk membuktikan kemampuan kita sebagai seorang istri atau malah seorang ibu yang baik pada masa PDKT.
Realistis, bukan matre.
Tentu, realistis itu perlu. Saya percaya kita semua setuju bahwa dalam membina hubungan jangka panjang, “cinta” saja tidak cukup. Tapi kita bisa menjadi realistis tanpa perlu menjadi matre. Kamu tidak perlu dinafkahi dulu untuk bisa tau apakah si dia akan mampu menafkahi kamu nanti. Salah satu caranya yang paling mudah adalah dengan observasi, lihat bagaimana pola hidupnya. Apakah ia senang menghamburkan uang dan tidak punya tabungan? Atau ia lebih cenderung hemat karena punya rencana untuk masa depan?
Hanya dengan observasi yang objektif saja, saya yakin kita sudah bisa tau apakah si dia termasuk bertanggung jawab dan mampu mengatur keuangan dengan bijaksana. Kalau memang ia memiliki kualitas itu, yang perlu kamu lakukan adalah mendukung dia dalam usahanya ke arah kemapanan, bukannya malah memerah hartanya dari sejak masa PDKT!
Satu hal yang seharusnya kita semua ingat: bila kamu mengajari dirinya bahwa wanita bisa dibeli dengan uang, suatu hari nanti dia akan membeli wanita lain lagi saat uangnya lebih banyak. Kamu yang tentukan keberhargaan dirimu, bisa dibeli dengan uang, atau harus dibeli dengan cinta dan kualitas pria terbaik. Kamu yang pilih.