“Kamu Di Mana? Sama Siapa?” Bukanlah Bentuk Komunikasi Berkualitas Dalam Relationship

Home Articles “Kamu Di Mana? Sama Siapa?” Bukanlah Bentuk Komunikasi Berkualitas Dalam Relationship
Share the knowledge!

Salah satu kunci kesuksesan hubungan adalah komunikasi yang sehat dengan pasangan. Akan tetapi, apakah kamu dan pasangan sudah tahu seperti apa komunikasi sehat tersebut?

Banyak pasangan menganggap memberi kabar tentang keberadaannya dan dengan siapa dia di sana sudah merupakan bentuk komunikasi yang baik untuk mereka.

Bahkan ada pula yang menganggap dengan bertanya, “Kamu udah makan belum? Makan apa?” sudah menjadi bentuk komunikasi yang cukup di antara mereka.

Tidak ada yang salah dengan bertanya, “Kamu ada di mana? Sama siapa? Udah makan belum?” pada pasangan. Akan tetapi, berkomunikasi seperti itu sangatlah tidak berkualitas dan menjamin kejenuhan dalam hubungan.

Banyak pasangan yang lupa komunikasi yang sehat itu seharusnya kualitatif, bukan berdasarkan dari seberapa banyak pertanyaan dan kabar yang kamu berikan pada pasangan.

Jika gaya komunikasi tidak berkualitas ini terus dipertahankan, maka hubungan kamu tidak akan memiliki masa depan dan kemungkinan besar akan putus atau bercerai di tengah jalan karena tidak punya visi misi.

Mengapa? Karena bagi pasangan yang menganggap memberi kabar dan lokasi seperti di atas sudah cukup, maka dia akan enggan membahas masa depan dan topik serius lainnya. Untuk apa? Toh dia sudah memberi kabar dan perhatian untuk kewajiban komunikasinya padamu.

Apabila kamu tidak bisa membangun visi misi bersama pasangan, berarti kamu memilih pasangan hanya untuk kepuasan saat ini saja, bukan untuk membangun masa depan bersamanya.

Lantas, seperti apakah bentuk komunikasi yang kualitatif? Apa yang harus kamu lakukan untuk membentuk visi misi bersama pasangan sebelum hubungan kamu membusuk perlahan? Berikut ini caranya.

1. Membuat Target atau Pencapaian Hubungan yang Harus Kalian Raih Dalam Jangka Waktu Tertentu

pexels-photo-94898via Pexels

Untuk membuat visi misi yang besar, mulailah dengan berlatih membuat target atau pencapaian kecil bersama pasangan. Misalnya, dalam satu tahun, kamu dan pasangan sudah saling kenal baik orang tua satu sama lain. Atau jika target kalian adalah menikah, dalam satu bulan, kalian sudah saling bertukar informasi tentang perencanaan pernikahan. Seperti menemukan jasa katering dengan harga yang sesuai budget, menentukan lokasi pesta pernikahan yang sesuai, dan masih banyak lagi.

Merencanakan masa depan memang mengerikan atau melelahkan untuk sebagian orang. Namun, kamu akan tahu kamu bersama pasangan yang tidak tepat jika kamu sama sekali tidak bisa merencanakan masa depan yang serius dengannya.

2. Evaluasi Hubungan Secara Rutin

pexels-photo-160322via Pexels

Waktunya bisa kamu tentukan bersama pasangan. Misalkan, dalam sebulan hingga setahun sekali, kamu mengevaluasi apa saja yang sudah kamu lalui bersama pasangan saat menjalani relationship ini. Saat evaluasi, buatlah pertanyaan berikut ini:

Adakah perubahan yang signifikan?
Adakah kesuksesan baru yang telah diraih?
Apa saja yang harus kalian ubah atau sepakati untuk keberlangsungan hubungan yang lebih maju?
Apakah ada konflik baru yang menghambat? Apa saja solusinya untuk mengatasi hambatan tersebut?
Sudah berapa banyak hambatan atau tantangan yang sudah kalian selesaikan bersama?
Atau kalian malah stagnan, tidak ada perubahan tetapi juga tidak ada konflik yang berarti.

Kemampuan kalian dalam menganalisa dan mengakui kekurangan dalam hubungan inilah yang menunjukkan kualitas komunikasi. Pasangan bocah yang hanya memikirkan hari ini saja tidak akan sanggup membicarakan hal ini.

3. Menyesuaikan Visi Misi Masing-Masing Agar Sejalan dan Tidak Bentrok

pexels-photo-319693via Pexels

Banyak sekali orang langsung berasumsi pasangan mereka pasti mau saja menuruti visi misi mereka tanpa klarifikasi lebih lanjut. Menyesuaikan visi misi bukan bertujuan untuk menciptakan konflik atau menonjolkan perbedaan, melainkan demi mencari jalan tengah untuk kompromi, membuat kesepakatan, dan diskusi terbuka agar mendapatkan hasil yang sama-sama memuaskan.

Misalnya, pasangan ingin kamu berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga saat menikah, tetapi kamu masih ingin menghasilkan uang untuk rumah tangga, berarti kamu bisa mencari pekerjaan freelance yang bisa kamu lakukan di rumah.

Komunikasi adalah proses pemberian informasi secara dua arah. Komunikasi yang kualitatif adalah ketika informasi tersebut bermanfaat dan dapat menambah kualitas hubungan. Meski bertanya “Kamu di mana? Sama siapa?” tidak membahayakan, tetapi kalau kalian hanya sanggup mengkomunikasikan itu saja dalam hubungan, siap-siap saja hubungan berakhir mengenaskan.

Kamu dan pasangan bisa belajar bagaimana membangun komunikasi berkualitas di Relationship Blueprint tanggal 5 Oktober 2019. Kalian bisa mendaftar melalui LINK di bawah:

RELATIONSHIP BLUEPRINT

Relationship Blueprint October 2019 (post)

Share the knowledge!