Seseorang dianggap dewasa secara biologis ketika sudah melewati masa pubertas dan matang secara seksual yang memungkinkan dia untuk bereproduksi dan memiliki keturunan. Dewasa secara hukum di negara kita adalah ketika seseorang mencapai usia 17 tahun, di mana dia dianggap sebagi sebuah entitas yang independen, memiliki KTP, berhak untuk bekerja, untuk menikah, dan untuk ikut serta dalam pemilu. Seseorang juga biasanya dianggap dewasa ketika sudah menikah, tapi di jaman modern ini, di mana anak mami juga sudah bisa nikah, maka pernikahan tidak lagi menjadi standar kedewasaan yang baku.
Tentu saja kita semua mengerti, bahwa kedewasaan bukan hanya soal biologis, legalitas dan pernikahan, tapi juga tentang kematangan emosional dan karakter seseorang. Kemampuan untuk mengambil keputusan yang benar, dan bersikap dalam berinteraksi dengan dunianya serta orang lain. Lalu bagaimana caranya mengukur kedewasaan emosional seseorang?
Coba lihat kisah yang terjadi di sekitar kita sekarang. Kedewasaan dalam diri seorang pria sudah menjadi sebuah unsur yang sangat teramat langka. Pria dewasa yang matang adalah spesies langka di jaman sekarang, coba saja tanya pada para wanita bila Anda tidak percaya.
Itu sebabnya banyak wanita lebih tertarik pada pria yang jauh lebih tua, itu sebabnya Anda banyak melihat wanita muda cantik rela menjalin hubungan dengan pria beristri, karena citra kedewasaan yang terpancar dari mereka. Meskipun pria tersebut belum tentu juga memiliki kedewasaan emosional, tapi paling tidak, menjalin hubungan dengan pria yang TERLIHAT dewasa terasa lebih nyaman bagi wanita, dibanding dengan pria sebaya yang sibuk menyembah-nyembah di kaki mereka.
Begitu banyak permasalahan hubungan romansa yang saya dengar, baik itu dari teman, klien konsultasi, maupun sekedar dengar sana-sini, berakar dari ketidakdewasaan sang pria. Ketidakmampuan sang pria untuk bertanggung jawab, mengambil keputusan, menerima konsekuensi, dan mengatasi konflik, berujung menjadi masalah serius yang membawa penderitaan dan kesedihan: hamil di luar nikah, MBA (Married By Accident — nikah terpaksa karena hamil), aborsi, perceraian, kekerasan dan penganiayaan dalam hubungan, dan sebagainya.
Kebanyakan pria jaman sekarang adalah bocah-bocah egois kekanakkan, hampir tidak ada bedanya dengan anak kecil kecuali pada jenggot dan rambut-rambut lainnya. Pria-pria egois anak mami yang tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri, memiliki emosi yang tidak stabil, suka ngambek, pencemburu, posesif, ngarep kronis, selalu nurut pada orang tua, dan yang terparah, bersikap kasar dan memakai kekerasan terhadap wanita untuk mengatasi konflik. Persis seperti seorang bocah cilik yang suka ngambek dan hobi menjahati anak lain yang lebih lemah daripadanya. Saya melihat ini sebagai sebuah permasalahan sosial yang serius.
Pertumbuhan dan kemajuan ekonomi membuat generasi kita tidak perlu lagi mengalami keterpaksaan untuk hidup mandiri seperti ayah-ayah kita dulu. Begitu lahir, segala sesuatunya sudah tersedia. Makanan, tempat tinggal, edukasi, dan uang jajan, adalah hal-hal yang langsung kita miliki. Hal-hal yang pada jaman dulu adalah sebuah kemewahan sudah menjadi hal yang normal dan wajar. Ditambah lagi dengan orang tua kita yang ingin memastikan anaknya selalu terpelihara tanpa kekurangan suatu apapun, membuat mereka enggan untuk melepas anaknya untuk hidup mandiri. Tanpa disadari, hal ini membuat pria-pria menjadi anak mami yang manja.
Dewasa ini kita bisa melihat di sekeliling kita, pria-pria yang bahkan di usia di atas 30 tahun masih tinggal dengan orang tuanya dan bergantung secara emosional pada orang tuanya. Khususnya, sang ibu tercinta. Makan masih dimasakin mama, pergi larut malam masih dicariin mama, segala keputusan besar harus dengan persetujuan mama, masalah pacar pun harus sesuai kriteria yang mama inginkan. Jujur saja, tinggal bersama orang tua memang nyaman tapi ketika Anda tidak bisa mengurus diri sendiri dan mengambil keputusan sendiri, Anda tidak akan pernah bisa menjadi seorang pria dewasa seutuhnya.
Ini adalah standar ukuran kedewasaan yang sederhana dan simple sekali:
- Apakah Anda sudah mengurus diri Anda sendiri, merawat diri Anda sendiri? Karena bila Anda belum bisa mengurus diri sendiri, Anda tidak akan mungkin bisa mengurus orang lain.
- Apakah Anda sudah mengambil keputusan sendiri atau masih diputuskan oleh orang lain? Karena bila Anda belum bisa memutuskan untuk diri sendiri, Anda tidak akan bisa memutuskan untuk orang lain.
- Apakah Anda sudah mampu menangani emosi Anda sendiri? Bila orang-orang di sekitar Anda perlu melakukan sesuatu agar Anda bisa menahan emosi, Anda sebenarnya adalah bayi tua.
- Apakah Anda sudah mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan penting tentang hidup Anda? Misalnya, apa visi hidup Anda?
- Apakah Anda susah mampu memberi diri Anda kebebasan? Apakah Anda mampu menghormati kebebasan orang lain?
- Apakah Anda mencari pasangan untuk berbagi kebahagiaan, atau untuk menggantikan ibu merawat diri Anda?
Dari pertanyaan-pertanyaan ini, Anda bisa berangkat dan melihat pola yang jelas sekali. Apakah itu kedewasaan dan sudah sampai sejauh mana Anda mencapainya.