Usia rata-rata untuk menikah adalah unik dan berbeda di seluruh dunia. Bahkan ada beberapa daerah di Indonesia yang mengharuskan seorang wanita menikah bila sudah berumur 12 tahun. Sesuatu yang bagi Anda sangat muda, bisa dianggap berbeda oleh budaya lain.
Apakah Anda pernah berpikir, bagaimana bila target usia menikah yang Anda kira sudah ideal, ternyata adalah usia yang sangat muda bila dipandang oleh orang lain?
Sebenarnya kesuksesan pernikahan tidak ditentukan oleh usia. Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan sebelum mengarah ke jenjang pernikahan. Coba tanyakan pada diri Anda pertanyaan-pertanyaan di bawah ini. Jika Anda belum yakin dengan salah satu point di bawah ini, mungkin belum saatnya Anda dan pasangan menikah.
Apakah Anda sudah memiliki keuangan yang stabil?
Ini adalah point yang sangat penting bagi pria. Menikah bukan seperti saat Anda berpacaran, di mana Anda belum mempunyai kewajiban untuk membiayai pasangan. Anda adalah pria yang memegang prinsip kencan bayar sendiri-sendiri? Bagus. Tapi di dalam pernikahan, Andalah yang membayar semuanya.
Bukan hanya Anda yang harus mempunyai keuangan yang stabil, tapi pasangan Anda juga harus memilikinya. Apakah Anda berdua mendapatkan penghasilan cukup stabil dalam pekerjaan? Mampu membayar untuk hidup nyaman dan mengelola biaya-biaya mendadak yang datang saat Anda menikah? Tanyakan pada diri Anda sebelum berlanjut ke jenjang pernikahan.
Apakah kalian berdua sudah dewasa secara emosional?
Usia tidak mempengaruhi kematangan emosi seseorang. Mungkin saat ini Anda masih memiliki kehidupan yang sangat menyenangkan, berpesta sampai larut dan tidak khawatir akan hari esok. Setelah menikah, Anda tidak bisa lagi memikirkan diri sendiri. Anda tidak bisa lagi berkata, “Capek ah!” pada pasangan, lalu cuek padanya beberapa hari tanpa kabar. Atau update status/twitter bila Anda hendak menyampaikan sesuatu pada pasangan.
Apakah Anda sudah siap untuk menghadapi masalah yang levelnya beda? Apakah kekasih Anda sudah siap?
Apakah Anda sudah siap berkompromi dengan pasangan?
Sebuah pernikahan terlihat menyenangkan, tetapi di dalamnya adalah permainan kompromi tanpa henti. Banyak orang gagal dalam pernikahannya karena gagal berkompromi. Dua orang yang tidak mampu bekerjasama bukanlah pasangan suami istri, hanya dua orang jomblo yang sudah membuang uangnya untuk resepsi pernikahan.
Bagaimana dengan portfolio pertengkaran kaliain selama pacaran? Apakah sudah bekerja sama atau hanya satu orang saja yang menyelesaikan masalah? Apakah memenangkan pertengkaran lebih penting daripada solusi?
Apa Anda sudah dapat menangani kekurangan pasangan?
Sudahkah berhasil menangani hal-hal buruk pasangan? Atau masih sibuk mengeluh dia sibuk, dia lebih suka nongkrong bareng sahabatnya, dia boros, dia cuek, atau kekurangannya lainnya? Bila Anda mengeluh saat pacaran dengan orang cuek, bayangkan apa jadinya bila Anda menikah dengannya! Anda akan mengeluh setiap hari, sepanjang hayat Anda?
Bila Anda tidak mampu menangani kekurangannya, jelas tidak cerdas bila Anda nekat menikahinya.
Dapatkah Anda menangani perbedaan selera masing-masing?
Detail kecil seperti dia suka sepak bola, sementara Anda benci. Atau Anda menyukai makanan Cina sementara pasangan Anda suka makanan India? Ketika pacaran, perbedaan ini tampak lucu dan menggemaskan, tetapi dalam sebuah pernikahan, setelah beberapa kali bertengkar karenanya, semua hal ini tidak akan terasa lucu lagi. Anda harus berurusan dengan itu setiap hari. Sudahkan berhasil mengkompromikan kesukaan dan pantangan kalian berdua?
Kata pernikahan adalah sesuatu yang JAUH lebih serius daripada tweet-tweet generasi kesepian yang mupeng sekali untuk dikasihi, dicintai, dan dimiliki. Perlakukan kata nikah dengan serius dan dengan mengingat konsekuensi seumur hidup, bukan dengan sepele seperti “Pengen nikah tapi nggak tau sama siapa. Cariin dong.” Tidak ada yang perduli Anda putus berapa kali, tapi sekali saja Anda bercerai, maka semua orang perduli.
Berikan artikel ini pada pasangan Anda dan renungkan berdua. Sepakati mana point-point yang belum selesai kalian penuhi, dan bekerjasamalah mencapainya. Selamat bekerjasama!