“Sejak awal, mereka (pasangan yang menjalani beda agama) sadar mereka membawa keyakinan berbeda yang sudah melekat sejak lahir dan dihayati sampai kelak saat hidup akan berhenti. Tapi sebagaimana layaknya manusia yang tengah dimabuk asmara, tantangan yang sudah jelas di depan mata pun dianggap seolah tak ada. Semua jalan seolah nampak lurus dan mulus untuk mereka lalui berdua. Waktu berjalan tanpa terasa dan mereka berdua hanya bisa berharap untuk segera mendapat jalan terbaik demi kelanggengan hubungan mereka.” Dikutip dari novel Jodoh Terakhir karya Netty Virgiantini tahun 2010, halaman 31.
Pola interaksi masyarakat yang sekarang jadi makin mudah dan makin luas membuat fenomena hubungan beda agama makin menjamur. Setiap harinya, kita berinteraksi bukan hanya dari suku, ras, agama atau golongan kita saja, tapi juga dengan suku, ras, agama dan golongan lain.
Sayangnya walaupun pola interaksi sudah maju, masyarakatnya masih mundur. Masyarakat negara kita yang tercinta ini masih belum sedewasa itu dalam menyikapi pernikahan beda agama, baik pemerintah maupun masyarakatnya. Selama kamu masih tinggal di Indonesia, tekanan menikah adalah harus atas satu agama, entah itu agamamu atau pasanganmu (apabila berbeda).
Jadi sebenarnya hubungan beda agama itu bukan masalah antara kamu dan dia. Melainkan masalah antara kalian dan masyarakat (termasuk keluarga).
Coba bayangkan, kamu sedang menjalani hubungan dengan lawan jenis yang menarik dan merupakan pasangan yang sesuai. Seiring berjalannya waktu, kalian menemukan banyak kecocokan dan keseimbangan dalam hubungan tersebut. Toleransi kalian berdua yang tinggi, membuat kalian tidak mau saling memaksakan keyakinan masing-masing. Hingga akhirnya, kalian terpaksa harus berpisah karena persoalan agama yang tidak ada titik temunya.
Padahal, mungkin saja, lawan jenis tersebut adalah pasangan kamu yang ideal. Tapi sayang, di Indonesia sama agama lebih penting daripada serasi.
Apabila semua agama mengajarkan kebaikan, kenapa hubungan beda agama harus ditentang? Toh pada dasarnya semua sama-sama baik kan?
Sebenarnya, ada beberapa hal yang menjadi dasar kenapa fenomena ini muncul:
- Kamu berinteraksi lebih intens dengan lawan jenis yang berbeda agama.
- Selama ini kamu tidak bergaul atau kurang aktif di lingkungan agamamu, sehingga kurang mengenal lawan jenis yang seagama.
- Mayoritas teman-temanmu berasal dari agama yang berbeda.
Mari kita ambil contoh kasus, bayangkan kamu adalah seseorang yang beragama Hindu tinggal di kota besar seperti Jakarta. Hindu adalah agama minoritas di Indonesia. Anggaplah selama kamu tinggal di Jakarta, kamu jarang pergi ke tempat ibadah atau apabila sering, kamu tidak aktif bergaul di sana. Sementara setiap hari kamu berinteraksi dan bertemu dengan lawan jenis yang agamanya berbeda denganmu. Adalah hal yang wajar apabila kamu jatuh cinta dengan lawan jenis yang berbeda agama, bukan?
Akhir kata, bagi kamu yang belum masuk ke dalam hubungan beda agama, ketahui resikonya sebelum melangkah terlalu jauh. Apabila memilih untuk melanjutkan, jangan mengeluh bila terhadang, karena dari awal kam usudah tahu. Dan, bagi kamu yang sedang menjalani, silahkan dicari jalan terbaiknya.
Dulu akun twitter @hitmansystem pernah menulis begini:
Seperti biasa, hubungan beda agama pilihan endingnya ada dua: 1. Ganti Tuhan atau 2. Ganti pacar.
— Revolusi Pria (@hitmansystem) July 20, 2013
Saya tidak setuju. Sebenarnya ada tiga pilihan, 1. Ganti Tuhan 2. Ganti pacar, dan 3. Ganti negara.
Good luck!
Kamu sudah mengerti ‘kan?
Nah, yuk lanjut baca artikel pencerahan ini: Apakah Nikah Beda Agama Adalah Masalah Besar?