Apakah kekasih Anda perhatian dan melayangkan kata-kata indah secara terus-menerus tanpa jeda? Apakah seiring berjalannya hubungan, perilaku kekasih semakin destruktif terhadap Anda?
Waspada, mungkin saja Anda sudah terkena sasaran love-bombing dari sang pacar.
Agar Anda tidak tertipu, mari kita bahas bersama-sama mengenai love-bombing.
Definisi Love-Bombing
Love-bombing merupakan istilah yang pertama kali dikenal di Amerika Serikat dan dipopulerkan oleh Jim Jones dan David Koresh, pemimpin sekte yang kontroversial pada tahun 1970-an.
Pemimpin sekte tersebut menggunakan love-bombing sebagai salah satu taktik mengontrol para pengikut mereka. Sampai akhirnya, istilah tersebut dikenal luas dan dalam keilmuan psikologi diartikan sebagai ungkapan kasih sayang yang manipulatif dan eksploitatif.
Love bomber atau orang yang melakukan love-bombing “mengebom” target yaitu kekasihnya melalui komunikasi yang sangat intens baik melalui pesan teks, telepon, email maupun membanjiri media sosial pasangan dengan komentar atau sekadar menekan tombol likes diikuti berbagai perilaku lain yang berlebihan.
Love-Bombing = Gaya Kelekatan Narsistik
Narsistik adalah istilah yang berasal dari mitologi Yunani tentang seorang bernama Narcissus. Narcissus adalah pemuda tampan, anak dari Dewa Cephissus dan Dewi Liriope.
Saat Narcissus tumbuh dewasa, konon banyak dewi dan bidadari jatuh hati padanya, tapi tidak satupun dari perempuan itu yang diterima cintanya oleh Narcissus. Salah satu bidadari yang merasa sakit hati akibat penolakan itu kemudian mengutuk Narcissus kelak akan terpukau pada ketampanan wajahnya sendiri.
Sampai pada suatu ketika, Narcissus berdiri di pinggir kolam kemudian melihat bayangan dirinya. Kutukan itu menjadi kenyataan.
Narcissus yang terpesona saat melihat bayangan wajahnya di permukaan air kolam, kemudian terjun ke kolam itu dengan tujuan ingin memeluk bayangan wajahnya dan akhirnya tewas tenggelam.
Dalam ilmu psikologi, fenomena Narcissus ini merupakan kasus gangguan kepribadian narsistik yang sifatnya klinis. Meskipun demikian, beberapa penelitian di ranah non-klinis juga menemukan bahwa narsistik tidak hanya menjadi bagian dari kasus klinis, melainkan juga menjadi suatu fenomena yang banyak terjadi di antara populasi normal suatu masyarakat.
Torgensen (2005) dalam studinya menemukan fakta bahwa jumlah kasus narsistik dalam populasi masyarakat normal lebih banyak daripada kasus klinis.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Strutzenberg dan kawan-kawan (2017). Penelitian tersebut menghasilkan temuan bahwa generasi millenial (generasi yang lahir pada tahun 1980-2000) cenderung rentan mengalami fenomena love-bombing.
Hal ini disebabkan generasi millennial digambarkan ibarat seseorang yang optimistik, mempunyai konformitas tinggi terhadap hubungan relasi dan berambisi mencapai prestasi tinggi.
Namun, secara bersamaan, generasi millennial juga dianggap memiliki vulnerabilitas tinggi terhadap masalah harga diri, hubungan kelekatan, gangguan kepribadian seperti narsistik yang dikaitkan dengan kecenderungan dalam menjalin relasi cinta.
Lalu, apa sih ciri-ciri dari seseorang dengan kepribadian narsistik?
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, gangguan kepribadian narsistik adalah gangguan kepribadian yang diikuti dengan pola kebesaran atau keagungan diri. Bisa melalui fantasi maupun perilaku, tingginya kebutuhan terhadap kekaguman, dan kurangnya empati.
Gangguan ini mulai dapat didiagnosa dari awal masa dewasa dan hadir dalam beberapa konteks yang ditunjukkan oleh gejala berikut:
- Memiliki rasa mementingkan diri sendiri yang muluk (membesar-besarkan prestasi dan bakat serta berharap agar diakui sebagai orang yang paling unggul meski tanpa pencapaian yang sepadan).
- Disibukkan dengan fantasi terkait keberhasilan, kekuatan, kecemerlangan, keindahan atau cinta yang tak terbatas.
- Percaya bahwa dia merupakan sosok istimewa, unik dan hanya dapat dipahami oleh orang-orang tertentu atau harus bergaul dengan orang/lembaga berstatus tinggi dan istimewa pula.
- Membutuhkan kekaguman yang berlebihan.
- Memiliki rasa berhak (harapan yang tidak masuk akal dari perlakuan ingin mendapatkan keuntungan atau kepatuhan).
- Bersifat eksploitatif antar pribadi (memanfaatkan orang lain guna mencapai tujuan pribadinya).
- Kurang berempati; tidak mau mengenali atau mengidentifikasi perasaan dan kebutuhan orang lain.
- Sering iri pada orang lain atau percaya bahwa orang lain iri padanya.
- Menunjukkan perilaku/sikap sombong.
Sebelum membahas tentang gejala gangguan kepribadian narsistik di atas, mari kita menjamah dan menelusuri gaya kelekatan seorang narsistik.
Menurut Geiger dan Crick (2001), narsistik merupakan buah dari kegagalan orangtua dan anak dalam menjalin kelekatan sehingga muncul masalah basic trust pada anak dalam proses menuju dewasa.
Anak yang terlalu lekat dengan orangtua dan terlalu dimanjakan, maka kelak bisa tumbuh menjadi seorang pencemas apabila jauh dari orang-orang terdekatnya.
Ketika anak ini dewasa dan menjalin relasi cinta, maka dia akan mempunyai gaya kelekatan anxiety (kecemasan) berupa clingy terhadap pasangan.
Sebaliknya, apabila orangtua jarang membangun kedekatan bersama anak, maka anak bisa terabaikan dengan sikap orangtua yang terus menjauh.
Apabila kebutuhan anak tersebut tidak terpenuhi secara konsisten, maka anak tersebut akan tumbuh menjadi pribadi dengan gaya kelekatan avoidant (penghindaran) dan ditransfer ke dalam hubungan cinta.
Seseorang dengan gaya kelekatan avoidant (penghindaran) mampu memberikan sikap seolah itu adalah bentuk intimasi kepada pasangan, padahal itu adalah proses penaklukan agar kelak dapat melepaskan diri secara emosional dari hubungan yang dijalin.
Seorang narsistik tidak benar-benar merasa nyaman berdekatan terlalu intens dengan orang lain. Ketika melihat pasangan melakukan kesalahan, mereka akan menuduh bahwa pasanganlah yang menjadi penyebab masalah dalam hubungan.
Dengan demikian, seorang narsistik ini dapat melepaskan diri dari tanggung jawab menjaga hubungan.
Pistole (1995) menemukan fakta bahwa berbagai bentuk kelekatan insecure baik itu anxiety maupun avoidant memiliki hubungan positif dengan tingkat narsistik yang tinggi.
Saat menjalin hubungan cinta, seorang yang narsistik menunjukkan gaya kelekatan tidak aman dengan menghindari atau cemas ataupun kombinasi antara keduanya. Mereka merasa ragu untuk mengandalkan pasangan guna memenuhi kebutuhan emosionalnya.
Orang yang narsistik justru mengharapkan harga dirinya bisa meningkat dengan cara memanipulasi pasangan melalui berbagai cara, yakni salah satunya dengan menggencarkan love-bombing.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam menjalin hubungan cinta, seorang narsistik cenderung melakukan love-bombing. Hal ini disebabkan seorang narsisitik haus akan perhatian, penghargaan dan ingin mendapatkan cinta tanpa batas dari orang lain.
Semua cara-cara manis yang dilakukan seorang narsistik terhadap pasangannya tidak lain hanya sebagai bentuk supply agar kelak pasangan akan berbalik lebih memuja, menghormati, dan mengistimewakan dirinya sehingga harga dirinya meningkat.
Seorang narsistik cenderung punya gambaran ideal tentang sosok pasangan, begitu juga tentang gambaran dirinya sendiri. Mereka akan merasa sangat takut dan malu apabila pasangannya atau orang lain tahu tentang kelemahan dan segala perasaan hampanya.
Itulah sebabnya mereka menyembunyikan kebutuhannya dan bertindak seolah bangga bahkan sombong. Ketidakmampuan mereka mengkritik diri sendiri melahirkan sebuah proyeksi yang dialihkan dalam bentuk menghargai sekaligus mengkritik pasangannya.
Dengan gencatan love-bombing, seorang narsistik dapat lebih mudah mengontrol pasangan sesuai keinginan. Namun, ketika mereka tidak berhasil menaklukkan pasangan, maka ia akan tertekan dan mencari orang lain sebagai target berikutnya.
Bagaimana Mengetahui Ciri-Ciri Kekasih Yang Love-Bomber?
Seorang narsistik umumnya dianggap menarik dari segi penampilan, disenangi karena keramahannya terhadap orang sekitar dan dikagumi banyak orang sejak fase awal memulai interaksi.
Sejak awal mula membina hubungan, seorang narsistik akan tampak lihai dan menawan dalam memikat pasangan. Namun, sikap romantisme tersebut seketika makin memudar di sepanjang relasi cinta itu berjalan.
Normalnya, kita sering mendengar petikan kalimat bahwa seseorang akan lebih banyak berjuang di awal hubungan kemudian jenuh di tengah jalan.
Berbeda dengan narsistik, mereka seringkali menggunakan berbagai “permainan” dan tidak ingin berkomitmen lebih jauh dengan pasangannya.
Pasangan dan hubungan yang dijalin hanyalah wadah untuk meningkatkan harga diri pribadi, menciptakan konsep diri positif, menentukan nilai dan memuaskan diri sendiri.
Berikut ini beberapa tanda-tanda perilaku yang kerap ditunjukkan oleh seorang love-bomber:
- Hubungan Anda dengannya Berjalan Terlalu Cepat
Sikap ini bisa Anda amati sejak awal pendekatan dengan pasangan. Seorang yang tulus ingin berhubungan jangka panjang seharusnya paham bahwa membangun relasi yang sehat membutuhkan usaha yang seimbang dari kedua belah pihak.
Usaha itu termasuk menghargai batasan dan pendapat pasangan, juga bersedia memberi ruang untuk mengembangkan diri masing-masing di luar hubungan.
Berbeda dengan orang yang ngarep, love-bomber justru lebih dari sekadar ngarep. Mereka bersikap abusive, melancarkan aksi agar Anda yang bersikap ngarep dan bergantung padanya.
Apa saja yang dilakukannya?
Love-bomber akan melakukan segala cara di awal pendekatan, menyirami Anda dengan kalimat-kalimat puitis agar Anda tergugah untuk menilai bahwa dirinya adalah sosok romantis, lembut dan benar-benar tertarik pada Anda.
- Sering Memberikan Pujian dan Hadiah dengan Frekuensi Berlebihan
Seorang love-bomber memberi pujian dan hadiah sebagai cara untuk mendapatkan sesuatu dari pasangan demi kepentingan pribadi.
Sebelum hubungan berjalan dalam waktu yang lama pun, love-bomber tidak segan untuk mendeklarasikan bahwa mereka berhak mendapatkan pemuasan dari Anda baik dari segi finansial, seks, perhatian, maupun demi mendapatkan networking dengan orang-orang penting yang Anda kenal.
Apabila Anda tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut, mereka akan mengancam untuk meninggalkan Anda.
- Love-Bomber ingin Anda Berpikir Bahwa Mereka Adalah Pasangan Terbaik yang Pernah Anda Temukan
Berbagai suntikan perhatian, pujian, hadiah, dan bantuan yang diberikan semata-mata dilakukan oleh love-bomber agar Anda ketagihan.
Seorang love-bomber tidak ingin siapa pun mengalahkan dan melebihi dirinya. Mereka membuat Anda bergantung penuh padanya sehingga berpikir bahwa di antara orang yang pernah Anda cintai, hanya merekalah sosok pasangan terbaik.
- Saat Anda Berada dalam Situasi Sulit, Love-Bomber Hadir Seolah Ingin Menjadi Penyelamat
Pasangan yang tulus mengulurkan pertolongan, tidak akan pamrih dan mengungkit-ungkit bantuannya pada Anda.
Sebaliknya, love-bomber memberi bantuan dan bersikap baik didasarkan oleh motif agar Anda mau menuruti segala permintaannya setelah dibantu olehnya.
Mengapa demikian?
Karena ia kurang dapat berempati sehingga tidak mampu mengidentifikasi dan memahami pikiran, perasaan dan kebutuhan orang lain.
- Sikapnya Terhadap Anda Sangat Baik, Tetapi Dia Bisa Memperlakukan Orang lain Secara Tidak Baik
Love-bomber memperlakukan target yang menjadi pasangannya secara manis dan cenderung berlebihan. Mereka mungkin saja rutin menanyakan kabar Anda via pesan teks, menelepon Anda setiap jam dan lebih sering mengutarakan perkataan manis daripada meledek.
Namun, di luar hubungannya bersama Anda, love-bomber justru dapat memperlakukan orang lain secara kurang pantas. Mereka cenderung bertindak kasar dan semena-mena terhadap orang-orang yang derajatnya lebih rendah daripada mereka.
Bagaimana Cara Menghadapi Kekasih Love-Bomber?
Jika Anda menyadari bahwa pasangan Anda melakukan love-bombing atau melakukan berbagai perilaku manipulatif, maka Anda berhak melakukan sesuatu untuk menyelamatkan diri Anda dari situasi abusive.
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan
- Bersikap asertif dengan menolak dan berkata “tidak”
Anda harus tegas kepada pasangan yang love-bombing. Sampaikan padanya jika Anda tidak senang dengan sikap dan segala jenis hadiah yang diberikan secara berlebihan.
Tidak perlu takut untuk menolak dengan cara yang halus.
- Jika Anda masih dalam tahap PDKT dan belum sampai menjalin hubungan serius, maka segera stop semua bentuk komunikasi dengan mereka
Beruntung jika Anda belum sampai pada tahap menjalin hubungan dengannya. Saat proses pendekatan, selidiki terlebih dahulu motif di balik sikap manisnya.
Jika Anda mulai mengidentifikasi ada yang tidak beres dengan dirinya, maka hentikan semua bentuk komunikasi dengannya sebelum masuk lebih jauh dalam perangkapnya.
- Selalu sampaikan pada pasangan Anda bahwa Anda juga memiliki batasan dalam hubungan
Beritahukan padanya bahwa Anda juga butuh waktu untuk upgrade diri dan menjalin relasi dengan orang-orang di luar hubungan bersama pacar. Katakan dengan jelas apa saja batasan Anda yang tidak boleh dilanggar oleh pacar.
Batasan tersebut dapat berupa hak-hak privasi seperti arus komunikasi yang tidak harus selalu berjalan setiap jam, pemberian pujian dan hadiah sewajarnya saja, penghargaan terhadap waktu me time masing-masing, dan lain-lain.
- Let him go because you deserve someone better
Putus cinta bukan perkara mudah apalagi jika hubungan dengan pasangan sudah berjalan lama. Namun, Anda juga punyak hak untuk menyelamatkan diri dari rantai hubungan abusive.
Daripada terus-menerus bertahan dan dia enggan berkompromi, maka lebih baik sudahi saja ikatan tersebut demi kebaikan bersama.
Sebelum putus, sempatkan pula memberi masukan padanya untuk segera mencari pertolongan kepada ahli profesional seperti psikolog untuk menjalani terapi atau ke psikiater untuk menjalani pengobatan.
- Setelah putus, mulailah menyisihkan waktu untuk self-care/self-love sebelum memutuskan untuk menjalin hubungan dengan orang yang baru
Hidup Anda tidak akan segera tamat dengan meninggalkan atau ditinggalkan seorang love-bomber. Selama ini, energi Anda sudah sangat terkuras untuk memenuhi seluruh permintaan dan memuaskan ambisi mereka.
Jadi, mulailah kehidupan baru dengan lebih memperhatikan dan merawat diri Anda. Baca ebook Move On Dalam 30 Hari agar Anda pulih lebih cepat, lalu bangun self-branding dan raih cita-cita yang sudah lama Anda inginkan.
Jangan takut untuk menjalin relasi dengan banyak orang tetapi tidak perlu terburu-buru untuk memutuskan meniti hubungan cinta.
Di ebook MOVE ON DALAM 30 HARI, Anda akan belajar hal-hal seperti:
- Tindakan nyata dalam bentuk action plan yang dilakukan per hari. Dengan demikian Anda mendapatkan hasil setiap hari.
- Bagaimana caranya untuk fokus pada diri sendiri, pada masa depan, dan bukan pada masa lalu.
- Bagaimana caranya agar Anda dikelilingi oleh teman-teman yang supportif.
- Bagaimana caranya membangun kembali rasa keberhargaan diri yang rusak karena ulah mantan.
- Dan masih banyak lagi, hal baru akan Anda pelajari dalam bentuk learning by doing setiap harinya! Sampai Anda merayakannya dengan teman-teman di hari ke-30 (perayaan ini termasuk di dalam PR yang akan Anda terima!)
Ingin tahu isi materi selengkapnya?
Langsung klik link di bawah!
MOVE ON DALAM 30 HARI
Yuk lebih waspada ke hubungan dan diri sendiri!
Referensi:
[1] There’s Nothing Romantic About Love Bombing
[2] Narcissism and Interpersonal Self-Regulation
[3] Epidemiology
[4] Love bombing: A narcissistic approach to relationship formation
[5] Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition
[6] Adult attachment patterns and individual psychotherapy: A review
[7] Adult attachment style and narcissistic vulnerability. Psychoanalytic Psychology
[8] Narcissism and Attachment theory. What is the connection?
[9] Perceptions of people with personality disorders based on thin slices of behavior
[10] Narcissism and social networking web sites
[11] Love-Bombing: 10 Ways Narcissists Use It to Control You