Wanita : “Sayang..weekend ini temenin aku belanja fashion di Mall X yuk!”
Pria : “Hmm..maaf kayaknya aku ga bisa nemenin kamu. Weekend ini aku harus kelarin kerjaan.”
Wanita : “Ooh gitu!? Jadi kamu lebih milih kerjaan daripada nemenin pacar kamu!? Weekdays sibuk kerja, weekend juga ga ada waktu buat aku! Padahal aku kan belanja supaya aku kelihatan cantik waktu jalan bareng kamu! Kamu ga suka lihat aku cantik? Kamu udah ga sayang aku lagi?”
Sering menemukan kondisi serupa? Wanita begitu identik dengan drama. Alasan tersembunyi di balik drama adalah untuk mencari perhatian. Alasan ilmiahnya adalah, struktur otak wanita memiliki sebuah “Jembatan” penghubung antara otak logika dan otak emosi yang lebih baik daripada pria. Itu sebabnya, setiap kejadian baik verbal maupun non-verbal mampu diterjemahkan lebih baik oleh wanita. Contohnya pada saat seorang anak menangis, wanita lebih tahu mengapa anak tersebut menangis daripada pria. Karena wanita menerjemahkan makna di balik tangisan tersebut.
Tapi “jembatan” ini pula yang kerap menjadi sumbu dari sebuah dinamit bernama drama, yaitu miskomunikasi.
Jembatan yang memampukan wanita menerjemahkan informasi yang tidak disebutkan dalam sebuah kondisi atau kalimat, tapi kemudian seringkali tersasar mengaitkannya dengan kesimpulan lain yang sangat jauh sekari dari maksud sebenarnya. Inti dari pesan awal menjadi bias. Ini jelas keliru dan “mengkeruhkan kolam air yang jernih.”
Bayangkan bila pada suatu hari Anda ingin mengenakan baju warna cokelat dan bukan warna biru. Bayangkan bila ada orang berkata begini, “Kamu sudah tidak sayang lagi dengan baju warna biru. Ya sudah, buang saja bajunya karena sudah tidak sayang lagi! PAKAI SAJA BAJU COKELAT SETIAP HARI!”
Terdengar konyol dan lebay? Selamat. Kamu baru aja ngerasain apa yang pria rasain.
Jika Anda bertanya mengapa pria bisa bahagia dalam kedangkalannya itu, sebab pria mencerna dan mengutarakan informasi secara dangkal dan sederhana! Bila A ya A. Bila B ya B. Bila harus kelarin kerjaa, ya itu karena harus kelarin kerjaan! Pria tidak dipusingkan oleh kompleksitas informasi (apalagi sengaja menciptakannya sendiri). Pria juga tidak melibatkan pasangannya ke dalam kompleksitas pembiasan informasi itu dan kemudian berujung pada drama pertengkaran.
Dear Ladies, jika Anda ingin mempermudah hidup Anda dan membuat pasangan menjadi lebih nyaman menjalin hubungan dengan Anda, maka berhentilah bermain membiaskan informasi ala ABG labil seperti itu. Telaah dan ungkapkan informasi sesederhana mungkin. Dan jika Anda memang butuh perhatian darinya, utarakan secara langsung. Karena cuma ABG labil yang menggunakan rute: membiaskan informasi – bertengkar – baru menyampaikan kemauan aslinya.
Wanita dewasa enggan untuk menempuh rute sejauh itu. Karena bagi mereka, kalau masalahnya sederhana, kenapa harus dibuat jadi lebih ribet?