Siapa yang nggak ingin menikah? Semua tentu ingin menukah dengan pasangan yang tepat. Tetapi, terkadang kendala ada pada diri sendiri dan dari luar, misalnya belum menemukan pasangan yang cocok, belum siap secara mental, dan belum merasa cukup mapan untuk menghidupi keluarga di masa depan.
Memang yang ingin menikah adalah kita, tetapi kenyataannya, ada orang lain juga yang berharap kita menikah. Orang itu nggak lain nggak bukan adalah orang tua kita sendiri. Ayah-ibu kita sangat ingin melihat kita menikah, merasakan resepsi pernikahan anaknya sendiri, dan menimang cucu di kemudian hari. Nggak jarang, banyak orang tua yang mendesak anaknya untuk segera menikah agar merasakan kegembiraan tersebut.
Tentu, akan sangat merepotkan bila didesak orang tua untuk segera menikah. Terlebih lagi, kita sedang single dan lagi menikmati hidup kita yang seperti sekarang ini. Mereka akan memaksa kita untuk segera mencari pasangan dan segera melamarnya. Jika kita dianggap susah untuk mendapatkan pasangan, ada orang tua yang kemudian mencari-cari mantu untuk kita, hingga membuat sebuah perjodohan agar kita menikah.
Perjodohan tentu bisa jadi merugikan kita bukan? Menjadi sebuah kerugian ketika kita nggak memiliki chemistry dengan calon pasangan, tetapi diancam untuk segera menikah oleh orang tua. Perikahan yang berlangsung pun tanpa berlandaskan cinta. Bisakah kita membayangkan kebahagiaan kehidupan pernikahan di masa depan? Sulit.
Keputusan menikah merupakan keputusan yang berkaitan dengan masa depan, ujar Psikolog Ratih Ibrahim. Karena itulah, harus direncanakan dengan matang sehingga nggak ada penyesalan di kemudian hari. Berbicara mengenai pengambilan keputusan, dekat kaitannya dengan berbicara mengenai pilihan untuk berkomitmen. Hal ini harus dilandasi oleh pemikiran yang matang, seperti memiliki kesiapan mental dan kecocokan serta keyakinan terhadap pasangan yang dipilih.
Selain itu, harus memiliki komitmen dan kesepakatan bersama mengenai kehidupan pernikahan yang diinginkan. Termasuk juga kesepakatan dalam mengasuh anak dan urusan finansial keluarga. “Tentunya menikah juga harus didasari rasa senang, ketulusan atau kesungguah hati atas keputusan yang diambil. Bukan karena paksaan, tuntutan, ataupun kerjar terget usia,” kata Ratih.
Kalau orang tua mendesak, Ratih menyarankan untuk mencari waktu yang tepat guna memberi penjelasan pada orang tuda mengenai pertimbangan yang kamu punya. Tujuannya untuk membantu orang tua memahami dirimu, serta memanfaatkan kesempatan ini untuk lebih membuka diri terhadap pendapat atau saran orang tua.
“Komunikasi dua arah dapat membentuk rasa pengertian antara kamu dan orang tua,” imbuh Ratih.
Jadi, bicarakan secara baik-baik bila keluarga mendesakmu untuk menikah. Setidaknya kamu nggak diam saja dan membiarkan mereka khawatir serta memiliki pemikiran aneh terhadap dirimu. Berbicara dapat mengurangi desakan orang tua yang menyuruhmu untuk menikah.