Banyak yang mengeluhkan dirinya terkekang oleh pasangan karena dilarang mencapai tujuan-tujuan dalam hidup. Apakah kamu salah satunya? Rasa selalu ingin mencapai sesuatu bukanlah hal yang salah. Manusia memang selalu memiliki harapan. Itulah yang membuat manusia lebih hidup.
Sebagai wanita dengan sifat achiever oriented yang tinggi kamu mungkin merasa serba salah dalam hubungan. Terlalu fokus mencapai target hidupmu bisa membuat si dia mulai berubah sikap. Ada kemungkinan pasangan merasa cemburu dengan kesibukanmu.
Jika itu sedang kamu alami, kamu bisa mencoba hal berikut agar hubunganmu dengan si dia jadi lebih harmonis.
Pahami Mental Achiever Oriented sebagai Anugerah
Apa yang ada dipikiranmu saat mendengar kata ‘anugerah’? Sesuatu yang baik? Sesuatu yang berharga? Ya. Saat kamu menyadari mental achiever orientedmu sebagai anugerah, apapun yang kamu lakukan akan selalu bertujuan baik. Kenapa? Karena kamu yakin anugerah itu diberikan oleh Dia yang Maha Baik.
Saat kamu menyalahgunakan anugerah itu, kamu tentu merasa malu, bukan?
Arahkan Semangat Achievermu untuk Kebaikan
Semangat yang begitu besar sebaiknya diarahkan untuk melakukan kebaikan. Kebaikan siapa? Kebaikan adalah bahasa universal. Jika kamu melakukan sesuatu dan orang lain ikut bahagia karenanya, itulah kebaikan yang sesungguhnya.
Saat kamu melakukan kebaikan untuk diri sendiri, kamu tidak akan pernah bisa puas. Itu hanya membuatmu merasa harus mencapai sesuatu terus-menerus. Akhirnya, kamu hanya bisa merasakan lelah dan hampa.
Bedakan Obsesi dengan Ambisi
Ambisi adalah keinginan yang kuat untuk mencapai sesuatu. Obsesi adalah perasaan tergila-gila untuk mencapai sesuatu. Kamu tidak bisa tenang sebelum mendapatkan sesuatu itu. Jika kamu masih bisa mengontrol laju keinginanmu, artinya itu masih sebuah ambisi bukan obsesi. Kamu boleh memiliki ambisi. Hanya saja, jangan sampai jadi terobsesi pada ambisimu.
Tanyakan pada Diri : “Untuk Siapa dan Untuk Apa Semua ini Saya Lakukan?”
Cobalah untuk berdialog dengan diri sendiri sebelum melakukan sesuatu. Saat kamu ingin menjadi seorang dokter spesialis, tanyakan untuk siapa kamu melakukan itu? Untuk apa kamu ingin jadi dokter spesialis?
Buat dua kolom untuk menulis jawaban. Kolom pertama kamu beri judul ‘Kebaikan Pribadi’ kolom kedua kamu beri judul ‘Kebaikan Orang Banyak’. Bandingkan jumlah jawaban pada kedua kolom itu. Jika jawaban di kolom ‘kebaikan pribadi’ lebih banyak dari kolom ‘kebaikan orang banyak’ artinya kamu sedang terjebak dalam ambisi. Jika sebaliknya, selamat…kamu berada dalam pilihan tepat, lanjutkan mencapai tujuanmu itu.
Pahami Kamu Bukan Single Fighter dalam Sebuah Hubungan
Ada dua kepala dan dua hati dalam suatu hubungan. Kamu tidak bisa jalan terus tanpa menghiraukan pasanganmu. Mencapai cita-cita memang urusan pribadi. Namun, jika itu mengganggu hubunganmu dengan si dia, kamu harus pay more attention.
Sebaiknya ajak si dia berdiskusi atau berkompromi. Cari solusi terbaik yang tidak memberbatkan kedua pihak. Jika dibutuhkan batasan untuk mencapai ambisi dan kamu okay dengan itu, lakukan saja. Namun, jika kamu tidak suka karena merasa pasangan tidak berhak mengekang mimpimu, lupakan saja dia.
Maybe this is the right time for you to find another guy. Kamu dan dia jadi tidak lagi saling menyakiti setelah saling mengakhiri.
Manusia memang memiliki id, ego dan superego menurut Sigmund Freud. Id membuat manusia merasa harus memenuhi keinginan atas kebutuhan dasarnya. Ego membuat kamu realistis untuk memuaskan sesuatu. Superego memadukan moral dan keinginan sehingga muncul istilah ‘benar-salah’, ‘baik-buruk’.
Kunci kebahagiaan dalam hidup adalah menyeimbangkan ketiganya.
Jika kamu mau bersabar dan mencoba tips di atas, hubunganmu dengan si dia bisa jadi berpeluang besar untuk lebih harmonis. Namun, jika kamu tipe yang menginginkan pasangan dengan ‘paket komplit’ sesuai kriteriamu, sebaiknya kamu cari pasangan baru. Mempertahankan hubungan dengan perbedaan prinsip memang sulit.
Feel free to choose, Ladies. Hidup memang selalu menyajikan banyak pilihan, bukan?