Realita PHP: Siapa Yang Salah?

Home Articles Realita PHP: Siapa Yang Salah?
Share the knowledge!

Beberapa waktu lalu, seorang kawan dekat saya datang ke kantor Kelas Cinta dengan wajah kusut berantakan. Sebagai kawan baik, saya mempersilakannya duduk dan menanyakan maksud kedatangannya yang serba mendadak.

“Jadi gini Kei ….” ujarnya ragu-ragu. “Gue minta tips biar gak di-PHP-in cewek melulu.”

Saya mengernyitkan dahi. Kawan saya ini tergolong tampan dan mapan, jadi rasanya tidak mungkin di-PHP-in wanita. Tapi masalah romansa bisa menimpa siapa saja, tidak terkecuali kawan saya ini.

“Di-PHP-in gimana?” tanya saya. “Elo ganteng dan punya pekerjaan yang mantap pula. Masa sih di-PHP-in cewek?”

Wajahnya semakin memelas. “Dia itu sekantor sama gue. Anaknya asik diajak ngobrol, terus gampang akrab sama orang lain. Gue sudah ngedeketin dia sejak satu tahun yang lalu. Kami sudah jalan bareng, sering telponan setiap malam, bahkan … kami sempat ciuman!”

“Terus masalahnya di mana?” saya jadi penasaran.

Tahu-tahu nada suaranya meninggi. “Minggu kemarin gue coba nembak dia, ternyata gue ditolak! Padahal kami sudah jalan bareng dan ciuman, masa sih dia gak naksir gue? Kalau gitu seharusnya dia nolak gue dari awal dong biar gue gak ngarep gini. Dasar PHP!”

Sebelum emosinya kebablasan, saya segera menegurnya: TIDAK ADA YANG NAMANYA PHP alias Pemberi Harapan Palsu! Itu cuma istilah untuk menyalahkan dan menghibur diri sendiri kalau gagal dalam PDKT. Jika dirunut lebih dalam, sebagian besar orang yang menilai orang lain sebagai PHP adalah pihak yang tersakiti setelah cintanya ditolak. Sementara pihak yang dinilai PHP malah tidak merasa sudah nge-PHP-in orang lain.

Misalnya nih: A naksir berat sama B dan melancarkan PDKT dengan gencar. Si B ternyata merespon baik dan mereka pun jalan bareng, nonton bareng, dan sebagainya. Saat momennya tepat, A memutuskan untuk menembak B karena yakin cintanya bakal diterima. Tak disangka-sangka, B menolak tawaran itu karena merasa A sudah seperti kakaknya sendiri (atau alasan lainnya). Merasa dikecewakan, si A akhirnya menilai B sebagai PHP. Apakah B merasa sudah nge-PHP-in si A? Sama sekali tidak.  

Saya yakin banyak orang yang menganggap B sebagai pihak yang salah karena sudah memberi harapan palsu ke A. Kalau memang tidak mau dipacarin, kenapa ajakan kencan si A diterima? Mengapa tidak ditolak saja dari awal? Bahkan dalam kasus kawan saya di atas, gebetannya bukan hanya mau diajak kencan, tapi juga mau berciuman!

Tapi dalam perspektif saya, pihak yang salah justru si A karena sudah keburu ngarep duluan cintanya bakal diterima. Catat ini: berhasil mengajak gebetan jalan, nonton, dan bahkan ciuman BUKAN berarti dia menyukai Anda. Bisa saja dia mau diajak jalan karena sedang bosan di rumah, atau dia mau dicium Anda karena terbawa suasana. Malah sebenarnya banyak kok orang yang berciuman sekedar untuk bersenang-senang, bukannya untuk hubungan serius!

Jadi kalau Anda merasa jadi korban PHP dan berteriak “Kalau memang gak mau, jangan kasih harapan dong! Dasar PHP!” Coba tanya ke diri Anda: siapa yang memberi Anda harapan? Jangan-jangan Anda saja yang berharap dan memelihara harapan itu.

Agar Anda lebih paham, saya buat analoginya:

Anda punya toko sepatu, lalu gebetan masuk ke toko Anda untuk melihat-lihat sepatu yang dipamerkan. Setelah berkeliling di toko Anda, ia mencoba beberapa sepatu untuk dirasakan apakah nyaman dipakai atau tidak. Setelah berjam-jam mencoba, ia merasa tidak cocok dengan semua sepatu yang Anda pamerkan. Akhirnya ia meninggalkan toko sepatu Anda dan mendatangi toko sepatu yang lain.

Pertanyaannya: apa Anda bisa komplain “Dasar PHP!” ke gebetan setelah dia mencoba sepatu di toko Anda? Tentu tidak! Anda tidak bisa memaksanya untuk membeli sepatu di toko Anda. Sebagai calon pembeli, dia berhak untuk mencoba sepatu yang Anda tawarkan. Kalau ternyata tidak ada sepatu yang cocok dengan kriterianya, dia berhak untuk tidak membeli sepatu Anda. Tugas Anda sebagai penjual adalah mencari calon pembeli lainnya dan bukan mengharap ke satu calon pembeli saja.

Ketika Anda PDKT, pastikan Anda tidak ngarep si dia balik menyukai Anda, meski dia telah menerima semua ajakan Anda. Apabila dia tidak ingin lanjut hubungan ke jenjang romansa, Anda harus melepaskannya dan mencari gebetan lainnya. Itulah mengapa saya selalu menekankan untuk mendekati banyak gebetan sekaligus, bukannya fokus ke satu gebetan doang! Anda tidak mungkin kecewa hanya karena satu orang yang menolak Anda, karena Anda masih punya gebetan lain yang bisa diajak bersenang-senang.

Coach Lex dePraxis pernah bilang kalau salah satu cara agar PDKT Anda berhasil adalah dengan menerapkan Multigebetan/PDKT Paralel, bukannya Unigebetan/PDKT Serial. Multigebetan artinya Anda harus melakukan PDKT ke banyak gebetan dalam waktu bersamaan sehingga Anda bisa memilih gebetan mana yang responsif dan mana yang tidak. Jelas itu lebih menguntungkan daripada Unigebetan yang cuma mengejar satu gebetan dalam satu periode tertentu. Selain membuang-buang waktu karena mendekati satu gebetan (yang belum tentu mau sama Anda), Anda juga tidak punya waktu untuk meningkatkan kualitas diri Anda. [1]

22853146_1517591644998482_4930785635612740529_n

Masalah kawan saya tersebut bukan hal langka. Banyak sekali pria dan wanita yang datang berkonsultasi mengeluhkan masalah serupa. Lucunya, kalau pria sering merasa di-PHP-in karena mengejar wanita, sebagian besar wanita justru merasa di-PHP-in karena malu-malu tapi mau saat dikejar-kejar pria.

Salah satu contohnya adalah kasus seorang klien bernama Eva (nama disamarkan) yang frustasi karena pria yang ngebet mengejarnya tahu-tahu menghilang. Sebenarnya Eva juga menyukai pria itu, tapi dia bersikap jual mahal dan memasang tembok tebal dengan harapan pria tersebut jadi makin tergila-gila.

“Kalau dia beneran suka sama gue, ya mestinya dia terus ngejar-ngejar gue dong. Jangan berhenti di tengah jalan, Dasar cowok PHP!” keluh Eva di tengah sesi konsultasi.

Apa pria itu salah karena berhenti mengejar Eva setelah menghabiskan segala daya dan upaya tanpa hasil? BIG NO! Saya yakin Anda pun akan melakukan hal yang sama kalau gebetan tidak merespon positif. Eva bukanlah korban PHP karena yang seharusnya menjadi korban adalah pria tersebut yang sudah memakan waktu berbulan-bulan untuk mendekati.  

Jika Anda saat ini sedang didekati oleh seseorang yang Anda suka, tidak perlu jual mahal karena itu membuat orang tersebut jadi berubah pikiran. Bersikaplah terbuka dan nikmati proses PDKT itu, agar dia tetap lanjut mendekati Anda dan hubungan bisa berlanjut lebih jauh.

Bila diamati lebih jauh, masalah tuduh-menuduh PHP sebenarnya berakar dari virus ngarep. Dalam kasus kawan saya, dia sangat ngarep mendapatkan wanita incarannya sehingga dia kesal dan kecewa saat cintanya ditolak. Sementara dalam kasus Eva, dia ngarep sikap jual mahalnya dapat membuat si pria jadi semakin mengejarnya. Mereka ngarep, bersikap buruk, lalu terpukul sendiri ketika ditinggalkan karena ulah mereka itu. Ketimbang mengintrospeksi diri sendiri, mereka malah menuduh orang lain sebagai PHP.

Realita PHP Siapa Yang Salah

Sebenarnya ada bahaya laten virus ngarep yang lebih ngeri lagi, tapi terlalu panjang untuk dijelaskan dalam artikel ini. Anda bisa mempelajari efek virus ngarep di audio lesson All About Ngarep agar kehidupan romansa Anda tidak berakhir berantakan. Namun jika Anda sedang PDKT dan ingin tips praktis terhindar dari ngarep, langsung saja cek Strategi Anti Ngarep yang berisi langkah-langkah PDKT tanpa harus terjangkiti virus ngarep. PDKT tanpa ngarep membuat proses pendekatan Anda jauh lebih efisien, menghemat waktu dan tenaga, sekaligus meningkatkan persentase keberhasilan. Anda tidak perlu lagi membuang waktu sampai berbulan-bulan mendekati gebetan tanpa hasil.

Mulai sekarang berhentilah menuduh orang lain PHP karena itu adalah bentuk kekecewaan Anda setelah gagal mendapatkannya. Sadari lalu pelajari kesalahan Anda agar tidak kecewa lagi di kehidupan romansa selanjutnya.

REFERENSI

[1] Cara PDKT Tanpa Banting Tulang

Share the knowledge!