Jatuh cinta dan pacaran itu tidak jauh berbeda dengan kecanduan narkotika. Tidak percaya? Kalau gitu yuk coba kita lihat tahapan-tahapan yang kita alami ketika jatuh cinta dan pacaran.
1. The Addiction Phase
Katakanlah, kamu bertemu dengan orang yang tepat. Atau setidaknya, pada saat itu kamu mengira dia adalah orang yang tepat.
Senyumannya mampu membuat harimu lebih cerah. Suara tawanya mampu membuatmu lebih ceria. Keberadaannya membuatmu lebih semangat, dan lain sebagainya. Bahkan, ketika ia marah atau ngambek, pun, kamu tetap menganggapnya malaikat, mahluk paling indah, the love of your life. Semua yang ia lakukan membuatmu jatuh cinta.
Namun, waktu berlalu. Entah butuh berapa bulan bagi kamu untuk maju ke tahap selanjutnya, tapi sebaiknya kita semua sadar bahwa tahapan-tahapan ini wajar terjadi. So, tarik nafas dalam-dalam, and let’s move on to the next phase.
2. The Hangover Phase
Setelah kamu melewati waktu bersama pasangan, kamu akan mulai sadar bahwa ada beberapa hal dari pasanganmu yang tidak sesuai dengan harapanmu. Bukannya fokus pada apa yang membuatmu tertarik (seperti di tahap sebelumnya), kini kamu mulai fokus pada kekurangan pasanganmu.
Mungkin dia mulai malas menjemputmu. Atau dia mengenakan sendal jepit ketika pergi kencan denganmu. Mungkin dia tidak sisiran atau mungkin dia tidak lagi mengirimkan SMS “Good Morning” tepat pukul tujuh pagi. Kamu mulai menyadari kesalahan-kesalahan kecil ini dan kamu tidak bahagia.
Jadi, kamu berusaha untuk mengubah pasanganmu kembali seperti dulu lagi, menjadi sosok yang kau kira adalah dia yang sebenarnya. Baik dengan cara ngambek, ataupun marah, atau malah menuduhnya tidak sayang lagi padamu atau punya selingkuhan.
Fase ini bisa bertahan berbulan-bulan, dan setelah melewati fase ini, hanya ada dua kemungkinan: Antara kamu frustasi dan akhirnya memutuskan hubungan atau kamu bicarakan dengan pasangan, saling kompromi, dan melanjutkan hubungan.
3. The Stability Phase
Katakanlah kamu dan pasangan menemukan cara untuk kompromi dan bekerja sama. Kini kamu tiba pada Stability Phase. Pada tahap ini, kamu dan pasangan sudah saling kenal kekurangan masing-masing, juga saling menghargai perbedaan yang ada. Dengan demikian, kamu dan pasangan merasa nyaman dan aman dalam hubungan. Mungkin kamu dan pasangan tidak lagi deg-degan ketika berduaan, atau mungkin kamu dan pasangan merasa saling sibuk main HP ketika dinner adalah hal yang normal.
Kamu tidak lagi mengharapkan pasanganmu SMS menanyakan apakah kamu sudah makan, dan pasangan tidak lagi mengharapkan kamu mengenakan high heels ketika pergi kencan. Kamu dan pasangan nyaman dalam keadaan apa adanya, dan tidak merasa perlu berusaha lagi.
Tapi, berhati-hatilah. Nyatanya, banyak orang menyalahartikan hal ini sebagai tidak cinta lagi, atau bosan. Tidak sedikit orang, ketika dihadapkan pada tahap stabilitas, malah jadi sakaw dan mencari cinta dari luar hubungan. Mungkin teman di lingkungan kerja yang lebih rajin cukuran kumis dibanding pasangan, mungkin tetangga yang kadang datang bawa makanan, mungkin… Oh, entahlah. Intinya, jangan kira setelah sampai pada tahap stabilitas berarti hubunganmu sudah aman. Nope. Karna layaknya pecandu obat, cinta pun memiliki tahap yang dinamakan Withdrawal.
Tapi…Saya rasa cukup sekian dulu tulisan saya kali ini, mungkin di kesempatan selanjutnya saya bahas tentang withdrawal dan cara mengatasinya. :p
Nah, kalau hubunganmu, sudah sampai tahap yang mana nih? Share yuk di kolom komentar. :)