Strategi Berdebat Sama Pasangan Tanpa Bertengkar

Home Articles Strategi Berdebat Sama Pasangan Tanpa Bertengkar
Share the knowledge!

Barangkali Anda bingung mengapa sulit sekali berdebat sama pasangan tanpa harus bertengkar. Apa pun perdebatannya, baik kecil maupun besar, selalu alot melelahkan tanpa titik temu sama sekali.

Karena akhirannya selalu bertengkar, maka Anda dan pasangan jadi semakin malas berkomunikasi. Kalau ngobrol, kedua pihak takut mengutarakan pendapat sehingga interaksi jadi kaku membosankan. Nantinya Anda bingung kenapa pasangan berubah dari cerewet ke pendiam dan pasangan juga sama bingungnya seperti Anda.

Bayangkan kalau pasangan bertemu orang yang mana dia bisa bebas menyampaikan pendapatnya tanpa takut diserang, apa yang akan terjadi?

Dia akan merasa bebas dan lepas luar biasa karena menemukan seseorang yang bisa diajak berdebat tanpa bertengkar. Kemungkinan besar dia bisa terpincut oleh pihak ketiga tersebut karena “fasilitas” yang ditawarkan. Tidak hanya dia, Anda pun bisa mengalami hal yang serupa kalau bertemu orang seperti itu. 

Baca juga:
Bertengkar Dengan Pasangan? Mengalah Bukan Solusi

Jika ini dibiarkan, kalian selangkah lebih dekat menuju perpisahan. Jadi soal perdebatan ini tidak bisa dianggap remeh. Anda harus menguasai teknik berdebat tanpa bertengkar kalau ingin terus menjalin hubungan dengan pasangan.

Saya mau berbagi salah satu tips komunikasi saat Anda berdebat beda pendapat/pikiran dengan pasangan. Ini akan membantu Anda untuk bisa merasa dan mengerti apa maksud pasangan, sehingga walau Anda tetap tidak setuju, Anda tidak merasa dia bodoh/lemot/lebay. Begitu pula dia tidak merasa Anda dingin, egois, dan keras kepala.

Mau tahu?

Sebelum saya kasih tahu caranya, pahami dulu prinsip penting pertama ini: kalian berdua tidak harus sehati, sepikir, sepakat, dan sependapat dalam segala hal.

Beda pendapat itu wajar, jadi tidak perlu ngotot siapa benar dan siapa salah. Kalian berdua bisa sama-sama benar, tidak perlu sampai memaksa diri mengalah, menurut, atau berubah pikiran.

Meributkan apa/siapa yang benar atau salah (bisa juga logis atau tidak logis) itu biasanya akan bikin obrolan jadi tidak produktif dan penuh gesekan. Kalian jadi sibuk mematahkan argumen satu sama lain, bukannya berusaha menyimak dan memahami.

Baca juga:
Komunikasi Bukan Kunci Hubungan Harmonis

Nah, sekarang buang jauh-jauh kompetisi benar-salah itu. Gunakan pola pikir bahwa kemungkinan besar argumen Anda dan pasangan sama-sama benar, walaupun terlihat terdengar saling bertentangan. Anggaplah kedua argumen pasti mengarah ke tempat terbaik dengan cara yang berbeda.

Kalau Anda tetap ngotot berpikiran sempit sehingga sulit menerapkan pola pikir subjective/multiple truth begitu, maka jangan lanjut pacaran dan menikah apalagi punya anak. Kenapa? Karena Anda akan jadi manusia menyebalkan dan menyusahkan orang-orang di sekeliling. Anda tak ubahnya bocah manja yang semua pendapatnya harus dituruti semua orang.

Prinsip penting kedua adalah jauh di dalam setiap konflik, ada terkubur sejumlah pengalaman dan perasaan yang penting nilainya dalam masing-masing pribadi.

Konflik tidak akan selesai (malah semakin panas melebar) jika kalian saling menggebuk/mematahkan kalimat satu sama lain. Harusnya kalimat-kalimat itu diterima dan dijadikan tongkat sekop untuk menggali nilai-nilai yang terkubur, bukan untuk balas menyerang.

Pernahkah Anda atau pasangan mendadak terpicu emosi karena sesuatu yang sederhana? Anda/dia bingung kok meledak segitunya, padahal kejadian awalnya urusan kecil saja.

Nah, itu pasti letupan akibat masalah-masalah lain yang kusut korslet di bawah permukaan. Kemungkinan besar bukan soal argumen spesifik yang sedang kalian tengkarkan, melainkan masalah lama yang terbangun karena terpicu perdebatan.  

Baca juga:
Berapa Lama Emosi Dalam Hubungan?

Contoh: karena jengkel telat masuk ke bioskop, pihak pria menyerang. “Harus banget ya tadi kamu dandan sampai lebih dari sejam?”

Wanita langsung defensif menjelaskan kalau dandannya tidak selama itu. Si pria menyerang dengan komentar kalau dandan cukup seperlunya saja. Si wanita membantah lagi bilang dia sudah dandan minimalis seperlunya. Si pria tambah kesal lalu bilang kalau si wanita bebal dan keras kepala. Si wanita juga semakin kesal dan merasa si pria tidak pernah menghargainya.

Seolah pertengkaran tentang dandan yah? Bukan, itu bukan soal dandan.

Itu soal lain lagi, entah apa yang kusut membusuk di dalam hati masing-masing orang sehingga keduanya terpicu emosi.

Anda pernah mengalami kejadian mirip di atas?

Bila prinsip 1 dan 2 tadi digabungkan, maka pendapat Anda dan pasangan bisa sama-sama benar karena berdasarkan pengalaman atau perasaan penting /berharga yang terkubur di dalam hati.

Jadi daripada sibuk saling menyangkal/mematahkan kebenaran satu sama lain (yang biasanya berujung salah satu menang dan satunya lagi terpaksa mengalah/menurut), jauh lebih baik saling berusaha mengiyakan dan menggali perspektif masing-masing.

Itu kan teorinya, nah bagaimana cara melakukannya?

  • Setelah pasangan coba menjelaskan argumennya, jangan langsung mengoceh, membantah, atau mematahkan. Tutup dulu mulut Anda dan dengarkan semua argumennya.
  • Tarik napas, lalu Anda ucapkan ulang semua penjelasannya itu. Bagusnya diucapkan bersuara, tapi kemungkinan besar Anda malas jadi ya setidaknya dicuapkan dalam hati.
  • Ucapkan selengkap mungkin, jangan ada yang dipotong; kalau bisa pakai pakai kata-kata yang dia sebut tadi.

Apa sih yang terjadi bila Anda membiasakan diri melakukan itu?

Perasaan untuk mematahkan argumen pasangan jadi berubah untuk tidak berusaha mematahkan argumennya. Anda berpindah dari mode membantah, jadi mode menerima dan memahami. Pasangan akan merasa lebih tenang untuk menjelaskan pendapat dan landasan nilai-nilai pentingnya, karena dia tahu dirinya tidak disudutkan atau dicari-cari kesalahannya. Otak Anda akan menerima argumennya karena Anda sudah bersikap terbuka dan berusaha memahami.

Baca juga:
Penyakit Sepele Yang Merusak Hubungan

Jika sering melatih diri, Anda akan menyadari ternyata perdebatan justru membuat Anda semakin mengerti pasangan. Tidak ada lagi pertengkaran dan saling mematahkan karena Anda bersikap terbuka dengan argumen yang masuk.

Coba lakukan langkah di atas setiap kali Anda melihat percikan perdebatan. Bagusnya, pasangan Anda juga diberitahu langkah-langkahnya agar kalian sama-sama belajar berdebat yang sehat. Kalau sudah sama-sama terlatih, saya jamin setiap diskusi akan membuat kalian semakin dekat, bukannya menjauh.

Langkah di atas hanya segelintir latihan dari Smart Conflict Resolution (SCR); kelas online di mana saya akan mengajarkan Anda bagaimana menangani konflik dengan pasangan tanpa harus bertengkar. SCR berisi materi yang membantu Anda untuk menyampaikan ganjalan di hati  ke pasangan tanpa menyakiti perasaannya, bagaimana mendiskusikan masalah ke pasangan dengan santai dan menyenangkan, bahkan Anda bisa memanfaatkan konflik untuk mendapatkan apa yang Anda mau dari pasangan.

Anda bisa mendaftar SCR lewat LINK di bawah:

Smart Conflict Resolution

Anda bisa belajar berkomunikasi dengan pasangan sekarang, atau nanti ketika komunikasi sudah hancur putus tidak bisa disambung lagi. Tapi asal tahu saja, penyakit yang ditangani lebih dini besar kemungkinannya untuk sembuh ketimbang penyakit yang dibiarkan bercokol lama.

Jadi maukah Anda berlatih sekarang?

Share the knowledge!