“Kamu inget, kan? Di dalam perjanjian pasal 3 ayat 2, kamu WAJIB lapor sama aku kalau mau pergi. Inget nggak, sih?” Riska menekankan kata wajib saat berbicara dengan pasangannya.
“Lho, aku udah nge-Line kamu, yang tadi jam 8. Aku bilang sama kamu kalau aku di rumah Saka, mau nobar sama anak-anak.”
“Iya! Tapi telat. Kan, di perjanjiannya kamu WAJIB lapor sebelum pergi, BUKAN pas sampai di tempat. Masa nggak paham, sih perbedaannya?”
“Sama aja. Intinya aku lapor ke kamu, kan?” jawab Lucky tak mau kalah.
“Pokoknya beda TITIK!”
Ladies, seseorang TIDAK BERKEWAJIBAN dalam lapor-melapor kegiatan. Kamu salah besar kalau pasanganmu HARUS melapor saat dia pergi ke suatu tempat. Kamu pun juga tak berhak marah jika pasangan tak melapor dulu ke kamu jika dia pergi ke mana-mana. Mungkin kisah Riska dan Lucky dialami oleh kamu. Perbedaan cara pikir, membuat Riska dan Lucky jadi bertengkar.
Riska menganggap bahwa pasangannya harus memberi tahu jika dia ingin pergi. Riska ingin agar Lucky menelepon atau kirim pesan memberitahu tempat acaranya dan untuk keperluan apa. Sedangkan bagi Lucky, lapor melapor tidak harus saat dia masih di rumah. Kalaupun dia pergi ketemu temannya dan baru kasih kabar saat sudah pulang ke rumah, bagi Lucky itu bukan sebuah masalah. Selama masih memberi kabar, Lucky menganggap dia tak salah.
Namun, seringkali wanita seperti Riska. Pasangan wajib lapor seperti tahanan kota yang mengharuskan mereka melapor setiap dua minggu sekali atau sebulan sekali. Lantas, kalau definisinya lapor-melapor, apa bedanya pasangan kamu dengan seorang tahanan?
Hubungan yang baik, memang harus menceritakan aktivitas masing-masing. Namun, bukan dengan cara lapor-melapor yang terkesan memaksa (saya yakin pasanganmu lama-lama jengah karena lapor-melapor itu) melainkan dengan sukarela bercerita aktivitas masing-masing. SUKARELA tanpa paksaan karena menganggap itu sebuah kewajiban.
Mungkin karena nggak percaya dengan pasangan kamu sendiri, maka kamu menggunakan sistem itu. Dan saya yakin 99 persen kalau kamu pasti akan khawatir jika pasangan nggak melapor sedetik pun. Kalaupun pasangan sudah selalu melapor ke kamu, saya tambah yakin kalau kamu tetap saya tidak percaya sama dia. Dia bilang mau nonton bareng di sebuah cafe bareng teman-temannya. Itu hal yang baik karena dia secara sadar dan sukarela menceritakan aktivitasnya. Namun, karena masalahnya ada di kamu, maka tetap saja kamu tak bisa percaya 100 persen dengannya. Mulai dengan pertanyaan bertubi, Kamu pergi sama siapa aja? Nanti pulangnya jam berapa? Langsung ke rumah atau mampir dulu? Di sana rame nggak? hingga kamu cek media sosial pasangan dan teman-temannya. mencari tahu apakah dia benar-benar nobar atau tidak.
Kalau kamu tersindir, berarti benar masalahnya ada di diri kamu, Ladies. Jadi, hilangkan sistem lapor-melapor seperti itu. Biarkan pasangan kamu memberi kabar dengan sendirinya tanpa perlu kamu paksa dan hargai kejujurannya. Lagi pula, dengan dia tak wajib lapor-melapor setiap saat, akan ada batasan antara kamu dan si dia. Akan ada kerinduan saat dia tak ada—dan itu dibutuhkan dalam sebuah pasangan, agar kamu dan dia tak menghadapi rutinitas yang selalu sama.