Ladies, Mau Jadi Istrinya atau Ibunya?

Home Articles Ladies, Mau Jadi Istrinya atau Ibunya?
Share the knowledge!

Bayangkan kamu melihat seorang anak kecil, laki-laki, belum dua tahun. Kebutuhannya sehari-hari hanya berkisar antara mainan, makanan, dan tidur. Kemauannya hanya dihibur, disayang, diperhatikan meski kita tidak mengerti ia bicara apa.

Ia menginginkan hanya orang-orang yang ia kenal. Ia suka rutinitas bangun-makan-main-tidur nya. Ia tidak senang kalau lapar, dan secara konstan melakukan sesuatu supaya kamu memberi perhatian padanya. Tapi ketika ia sedang bermain, ia bermain dengan aturannya sendiri dan ia tidak senang diganggu. Coba saja toelin pipinya terus ketika ia sedang bermain, dijamin ia ngamuk.

Meski demikian, sesekali ia akan memanggilmu masuk dalam dunianya walaupun kamu tidak mengerti apa yang ia bicarakan. Memberimu gagang telpon mainan dan mengganggumu hingga kamu berpura-pura menjawab telponnya. Menarik tanganmu dan mengajakmu ke antah berantah. Memberimu pesawat mainan dan menyuruhmu menerbangkannya. Minta digendong. Dan masih banyak lagi.

Sekarang bayangkan seorang anak laki-laki ini bertumbuh besar dan dewasa. Ia bertambah pintar dan kuat, ia bertambah lucu dan sekarang kita mengerti apa yang ia katakan. Ia akan mengurus dirinya sendiri, bekerja, dan bepergian sesuka hatinya. Tapi, ladies, selalu ada sebagian kecil dari anak kecil tadi yang terperangkap dalam tubuh dewasanya.

Lelaki merasa senang dan puas kalau hidupnya stabil: Makanan, mainan, perempuan, pertemanan, tidur, semuanya ada ketika ia butuhkan. Ia akan melakukan hal-hal untuk mendapat pengakuan dan perhatian darimu. Tapi ketika ia sedang bermain, ia tidak senang diganggu. Bayangin kamu sedang memilih sepatu yang sedang diskon, dan dia menjelaskan padamu soal cara kerja mesin. Nah seperti itu.

Meski demikian, ketika ia siap, pada waktunya ia akan memanggilmu dan mengajakmu masuk ke dunianya. Masuk ke permainan hidupnya di mana ia punya aturan-aturannya sendiri. Menjelaskan opininya panjang lebar dan meminta persetujuanmu meski kamu mungkin tidak mengerti. Ya, balik-balik soal mesin tadi, atau mungkin soal barbel atau ototnya yang sebenarnya terlihat sama besarnya seperti kemarin. Menantangmu melawannya dalam permainan video games terbarunya, lalu bangga sekali bila ia menang. Dan masih banyak lagi celoteh dan sisi hidupnya yang terdalam.

Dunianya. Hanya buat kamu.

Sampai setua apapun seorang lelaki, akan selalu ada bagian dalam dirinya yang masih anak-anak. Anak ini butuh didengarkan, butuh diperhatikan, dan juga butuh diacuhkan. Jadi, suatu saat nanti ketika lelakimu membicarakan panjang lebar tentang topik yang tidak kamu mengerti, bayangkan anak kecil dengan gagang telpon tadi dan jawablah dengan apapun yang membuatnya bahagia. Ketika ia sedang sibuk dalam dunianya sendiri, jangan ganggu dia. Melainkan tetaplah di sisinya, dan dukung dia dalam damai, karena ketika ia sudah siap, ia akan mengajakmu masuk dalam dunianya lagi. Setiap kali ia berprestasi, apresiasi dia, dukung perkembangannya seperti kamu mendukung anak kecil yang baru pertama kali berjalan. Biarkan ia berkreasi, bertumbuh, berkembang tanpa perlu kamu recokin dan tuntut ataupun koreksi ini itu.

Pria dewasa ini adalah anak kecil yang akan membuatmu bahagia, seumur hidupmu. Pria dewasa ini adalah anak kecil yang akan mengusap air matamu dan menggendong dirimu di saat lemah.

Saat kamu berhasil memperlakukan dia seperti orang dewasa, dan memanjakan anak kecil di dalamnya, kamu akan otomatis jadi wanita kedua yang paling bersinar dalam hidupnya, setelah ibunya.

Men’s problem is immaturity, but you should always remember that you’re his lady, not his mommy. :)

Share the knowledge!