Meluluhkan Orangtua Dalam Pacaran

Home Articles Meluluhkan Orangtua Dalam Pacaran
Share the knowledge!

Selain permasalahan hubungan beda agama yang sudah pernah dibahas dulu di kelascinta, ada satu lagi permasalahan yang sering menghinggapi para pasangan yang ada di Indonesia, yaitu hubungan yang ditentang orangtua. Berbeda dengan hubungan beda agama yang konsekuensinya sudah ketahuan dari awal, hubungan yang tidak disetujui orang tua kesulitannya baru muncul belakangan. Seringkali malah di puncak hubungan itu sendiri. Setelah memutuskan hendak bertunangan, tiba-tiba orangtua menyatakan bahwa mereka tidak mendukung.

Saya sendiri sudah beberapa kali menemui masalah yang sama. Untuk pembaca kelascinta, hari ini saya bagikan beberapa prinsip menembus pertahanan orangtua pasangan.

1. Lakukan sejak dini

Berinisiatiflah untuk mengenalkan pasangan Anda dengan orangtua Anda dari dini. Jangan tunggu tiga tahun pacaran lalu baru datang menampakkan muka ke rumahnya! Bawa pasangan Anda sesering mungkin ke acara-acara keluarga Anda. Pendapat positif dari keluarga lainnya seperti paman, bibi, atau sepupu Anda dapat mempengaruhi orang tua Anda. Bagi keluarga tradisional, berani menemui keluarga pasangan adalah tanda kedewasaan dan keseriusan. Jangan sampai pasangan Anda dicap tidak serius berpacaran karena takut bertemu keluarga Anda, padahal Anda sendiri yang melarangnya.

2. Orangtua pasangan Anda bukanlah tanggung jawab utama Anda

Ini adalah prinsip penting yang terlalu sering dilupakan oleh banyak pasangan. Yang paling mengenal ayah dan ibu Anda di dalam hubungan kalian jelas Anda. Dan yang paling mengenal ayah dan ibu pasangan Anda, jelas pasangan Anda. Artinya, kalian masing-masinglah yang paling tahu bagaimana cara meluluhkan orangtua kalian.

Kalian masing-masinglah yang paling tahu titik lemah orangtua kalian, apa yang mereka paling sukai, apa yang mereka benci, apa yang mereka hindari dari seorang menantu, apa yang membuat mereka trauma, apa yang membuat mereka selektif, dan mencoret seseorang dari daftar menantu. Logikanya, bila Anda sendiri tidak mampu mengerti orangtua yang sudah merawat Anda sejak lahir, apalagi orang lain.

Jadi tanggung jawab untuk meluluhkan orangtua Anda sebenarnya ada di tangan Anda, bukan pasangan Anda!

3. Bekerjasamalah

Namun untungnya Anda sedang berada di dalam sebuah hubungan dan kalian memperjuangkan kebahagiaan kalian berdua. Maka, beritahukan semua hal yang ada di point kedua kepada pasangan Anda! Berkerjasamalah dengannya untuk menciptakan strategi meluluhkan orangtua kalian masing-masing!

Contoh, bila Anda tahu orangtua Anda suka buah apel, ingatkan pasangan untuk membawa apel saat datang ke rumah. Nanti pasangan Anda akan berkata, “Saya nggak tau om tante sukanya apa, tapi berhubung saya sukanya apel, saya bawa apel aja deh. Maaf ya om tante, kalo nggak suka apel.”

Ingat, cinta bukanlah soal pria berusaha menaklukkan ujian wanita, melainkan pria dan wanita bekerjasama untuk menaklukkan ujian dunia! Dan kali ini, kalian sedang dituntut untuk bekerjasama menaklukkan ujian orangtua kalian!

Jadi jangan berpangku tangan santai-santai saja melihat pasangan Anda pusing tujuh keliling berusaha meluluhkan orang tua kalian. Jika pasangan Anda berjuang sendiri untuk meluluhkan orangtuanya, juga orangtua Anda, saya jadi mengerti mengapa orangtuanya tidak merestui Anda!

4. Berpihaklah pada orangtuanya

Ini adalah cara paling favorit yang selalu saya gunakan, dan sampai hari ini belum pernah gagal.

Orangtua takut menyerahkan anaknya kepada Anda karena tidak yakin bahwa Anda akan merawat mereka sama seperti mereka merawat pasangan Anda saat kecil. Mereka takut Anda akan memanjakannya atau mengabaikannya. Karena itu tunjukkan sikap bahwa saat ini Anda sedang belajar merawat pasangan Anda, sama seperti mereka merawat pasangan Anda dulu.

  • Contoh, bila Anda adalah pria, katakan pada ayahnya, “Om, anak om ini bandelnya minta ampun. Kalo udah keasikan main tennis, pulangnya suka malem-malem dan selalu menolak dianterin. Saya sering banget was-was kalo dia main tennis sampe tengah malem dan nggak ada kabarnya. Dulu Om kalo marahin dia caranya gimana, saya mau belajar sama Om. Kalo saya bilangin biasa nggak mempan.”
  • Bila Anda adalah wanita, katakan pada ibunya, “Tante, pacar saya itu kamarnya berantakan dari kecil ya? Saya suka stress lihat kamar apartemennya. Kadang-kadang saya beresin sendiri, soalnya kalo saya bilangin suruh beresin, dia nggak bakal beresin! Tapi kalo saya beresin, dia ngeluh katanya barang-barangnya hilang semua nggak tau disimpen ke mana. Kalo dulu Tante ngatur barang-barangnya gimana, Tante?”

Biasanya, setelah saya mengucapkan kalimat di atas, orangtuanya akan memarahi pasangan saya. Saya akan berada di pihak orangtuanya dan ikut memarahi pasangan saya. Berhubung pasangan saya sudah tahu bahwa saya sedang berusaha meluluhkan hati mereka, dia akan mengerti dan turut serta dalam permainan ini. Di saat pulang, orangtuanya akan berkata, “Titip anak saya ya. Kalo bandel, marahin aja. Om izinin.”

Itu adalah lampu hijau paling terang benderang di dalam hubungan Anda. Skor satu kosong untuk kalian.

Nah ada kalanya, hal yang membuat orangtua tidak setuju adalah hal-hal yang tidak bisa diganggu gugat. Misalnya agama, suku, ras, atau masa lalu tertentu yang masalahnya bukan pada Anda dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan Anda. Maka Anda harus membuat keputusan berat yang menyangkut apakah bisa menerima konsekuensi menjalani hubungan yang tidak direstui orangtuanya, atau mengakhirinya sekarang.

Good luck meluluhkan orangtua kalian, selamat bekerjasama!

Share the knowledge!