Gubernur DKI Jakarta, Anis Baswedan, memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah pandemi virus corona tanggal 10 April 2020 kemarin. Ini berarti pembatasan akses di tempat-tempat umum seperti restoran, kantor, bioskop, mall, dan sebagainya semakin diperketat. Anda dan pasangan jadi semakin menghabiskan banyak sekali waktu di rumah. Nah, banyak yang tidak menyadari ini bisa memicu keretakan hubungan.
Hari-hari pertama mungkin tidak ada masalah berarti. Kalian masih chatting-an dan berteleponan seperti biasa, masih saling menceritakan kejadian-kejadian di rumah, bercerita apa saja yang kalian kerjakan hari ini, dalam artian masih berkomunikasi wajar seperti sebelumnya.
Namun, begitu masuk minggu kedua atau ketiga, kalian akan menemukan keganjilan: rutinitas jadi semakin membosankan. Sebelumnya kalau kalian merasa bosan, kalian bisa pergi jalan-jalan keluar mencari suasana baru. Anda pun merindukan saat-saat kerja di kantor karena suasana di sana selalu dinamis, tidak monoton, dan ada saja kejadian-kejadian menarik setiap hari. Berbeda dengan rutinitas di rumah yang cuma berputar-putar dari bangun tidur, mandi, kerja, makan siang, kerja lagi, ngobrol sama pasangan, nonton Youtube atau Netflix, makan malam, lalu tidur. Besoknya ulangi lagi rutinitas yang sama, begitu juga besoknya lagi, dan seterusnya.
Masukkan kebosanan itu dengan masalah-masalah lain seperti gaji yang dipotong, kena PHK, penjualan yang menurun, pekerjaan yang semakin menumpuk, warung-warung makanan favourit yang tutup, dan lain sebagainya. Aduk rata, maka Anda akan menghasilkan stress di pikiran. Anda jadi gampang kesal, marah, mengamuk hanya karena hal-hal sepele. Masalah-masalah kecil yang tadinya dianggap biasa seperti piring kotor yang mengendap di wastafel, toilet yang lupa disiram, lantai yang tidak disapu, dan sebagainya jadi semakin mencolok kelihatan. Jika masalah-masalah kecil itu terjadi setiap jam, bisa dibayangkan betapa panas dan mendidih emosi Anda?
Baca juga:
Isolasi Corona, Stress Test, dan Perceraian
Masalahnya, pasangan seringkali jadi orang pertama yang menjadi korban kekesalan Anda. Kalaupun Anda tinggal bersama orangtua dan pasangan, siapa yang akan Anda jadikan target kekesalan Anda? Sudah pasti pasangan karena dia adalah orang yang paling aman untuk Anda marahi.
Itu baru kalau cuma Anda sendiri yang stress, bagaimana kalau pasangan Anda juga sama stressnya seperti Anda? Bisa ditebak, usia hubungan kalian akan selesai duluan sebelum pandemi corona berakhir!
Ketegangan-ketegangan itu mutlak harus Anda hilangkan atau setidaknya dikurangi kalau Anda memang ingin mempertahankan hubungan. Berikut 3 caranya:
1. Belajar Menerima Perbedaan Pendapat, Bukan Mematahkannya
Berbeda pendapat saat diskusi adalah hal yang wajar dan termasuk obrolan yang sehat, tapi jadi tidak menyehatkan kalau malah saling menjatuhkan pendapat masing-masing. Apalagi kalau Anda melakukan di saat-saat penuh stress seperti sekarang ini. Pasangan bisa gampang tersinggung, lalu balik menyerang pendapat Anda. Kemudian Anda tersinggung juga, maka bolak-balik berantemlah kalian sampai pintu digedor tetangga.
Sekarang bukan saat yang tepat untuk menambah masalah dengan mematah-matahkan pendapat karena semua orang punya masalah besar sekarang. Kesampingkan dulu nafsu mengalahkan orang lain dan bersikaplah lebih diplomatis agar tidak menyakiti perasaan pasangan.
Jadi bila pasangan punya pendapat yang berbeda, jangan langsung menyerangnya dengan “Pendapatmu salah, yang benar itu begini” tapi tanggapi dengan diplomatis seperti “Pendapatmu oke juga. Nah, begini pendapatku.” Jangan bernada ketus, pakai nada seramah mungkin, dan dengarkan baik-baik apa yang diucapkannya. Kalau itu dilakukan dengan benar, Anda akan menyadari bahwa pendapatnya tidak sepenuhnya salah dan masuk akal. Hasilnya keinginan untuk menyerang pendapatnya jadi semakin surut.
Belajar diplomatis ini jadi semakin penting selama karantina karena Anda dan pasangan bakal lebih sering mengobrol dibanding sebelumnya, apalagi kalau kalian tinggal dalam satu rumah. Bisa dibayangkan betapa melelahkan kalau saling menimpali satu sama lain setiap hari! Daripada membuang-buang tenaga, kenapa tidak duduk tenang mendengarkan pendapat pasangan tanpa berusaha mencari celah untuk mendebatnya?
Pasangan jadi senang karena tahu pendapatnya didengarkan sehingga dia akan bertindak sama ke Anda. Kedua pihak jadi sama-sama senang, ketegangan pun hilang.
Baca juga:
Komunikasi Bukan Kunci Hubungan Harmonis
2. Melihat Pandemi Sebagai Ujian Yang Harus Dihadapi Bersama Pasangan
Anda jangan melihat pandemi corona sebagai masalah Anda seorang diri. Pandemi memang membuat gaji Anda dipotong, banyak pekerjaan terbengkalai, wisuda tertunda, dan ratusan masalah lainnya. Tapi jika Anda melihatnya sebagai masalah yang membebani Anda sendirian, maka beban Anda akan terasa sepuluh kali lipat lebih berat. Pikiran akan terus melintir pusing memikiran solusi yang malah membuat pikiran buntu, sulit mencari jalan keluar.
Ingat bahwa tidak cuma Anda yang tertimpa masalah selama pandemi corona ini. Jutaan orang di dunia mengalami masalah yang sama dengan Anda, termasuk pasangan Anda. Jadi egois sekali kalau berpikir Anda satu-satunya orang yang paling terkena dampak corona!
Anda boleh merasa satu-satunya orang yang paling merana jika Anda memang hidup sendirian di tengah hutan. Tapi kenyataannya tidak begitu ‘kan? Anda tinggal di tengah-tengah masyarakat dan punya pasangan yang sama-sama terkena dampak corona. Lalu kenapa tidak melihatnya sebagai masalah yang harus dihadapi bersama pasangan?
Lihat dari sudut pandang bahwa pandemi corona ini adalah bencana yang harus kalian hadapi bersama. Ketimbang berpikir menghadapi masalah ini sendirian, berpikirlah bahwa ada pasangan yang siap menemani Anda sampai masalah ini selesai. Beban pikiran Anda akan jadi jauh lebih ringan sehingga menurunkan kadar stress Anda. Kadar stress menurun, ketegangan pun ikut menurun.
Jika ternyata pasangan Anda lebih memusingkan masalah ketimbang Anda, maka ini saatnya untuk memberinya semangat, dukungan, dan saling menguatkan. Tunjukkan bahwa Anda adalah pasangan yang setia menemaninya di saat-saat sulit seperti ketika pandemi corona ini. Kalau Anda sudah menunjukkan kebaikan-kebaikan, maka pasangan akan terpicu untuk melakukan hal yang sama terhadap Anda. Hasilnya hubungan cinta kalian akan jadi berkali-kali lipat jauh lebih kuat daripada sebelumnya.
Baca juga:
Seberapa Penting Tujuan Dalam Relationship?
3. Pastikan Anda Tidak Cuma Bekerja Sepanjang Waktu
Bekerja di rumah memang menyenangkan. Jam kerja Anda jadi lebih fleksibel, tidak perlu memakai pakaian formal, tidak ada boss yang berdiri mengamati pekerjaan Anda dari belakang, tidak perlu menghadapi jalanan yang macet, dan kesenangan-kesenangan lainnya. Tidak heran kalau banyak pegawai yang lebih produktif saat bekerja di rumah ketimbang saat bekerja di kantor.
Tapi kesenangan-kesenangan itu seringkali membuat Anda bekerja terus sampai lupa membagi waktu dengan pasangan. Memang bekerja bisa membunuh waktu selama karantina, tapi jangan sampai membunuh komunikasi Anda dengan pasangan. Pasangan juga perlu diajak ngobrol, disemangati, dibelai, dimanjakan, dan dibantu kalau dia butuh bantuan.
Terlalu banyak bekerja juga bisa menimbulkan stress karena Anda akan menyadari bahwa pekerjaan ternyata tidak ada akhirnya. Begitu satu selesai, dua lainnya muncul, begitu dua itu selesai, tiga lainnya muncul, dan seterusnya. Tidak peduli berapa banyak jam yang Anda tambah untuk bekerja. Anda tidak bisa berharap hubungan berjalan damai tenang kalau Anda sendiri mengalami tekanan. Anda harus mengurangi tekanan itu dengan membatasi jam kerja, lalu membagi waktu sisanya untuk pasangan dan diri Anda sendiri.
Begini cara membaginya: katakanlah Anda ingin bekerja jam 8 pagi, maka Anda bisa mengakhirinya jam 5 sore. Di jam 1 siang, Anda bisa beristirahat sejenak untuk mengobrol dengan pasangan, membantunya di dapur, atau keperluan-keperluan lainnya. Kalau sudah, ya Anda balik bekerja lagi sampai jam 5 sore. Setelah itu Anda baru bisa menghabiskan waktu untuk menyenangkan diri sendiri atau bersama pasangan. Ini contoh yang bagus bagaimana menyeimbangkan waktu bekerja dan quality time bersama pasangan.
Yang harus Anda ingat: pastikan Anda benar-benar bekerja di jam kerja, bukannya menyempatkan nonton Youtube, drama korea, main video game, dan men-download film-film bajakan. Itu bisa membuat pekerjaan Anda terlantar sehingga Anda harus membayarnya dengan jam tambahan untuk menyelesaikan tugas-tugas. Waktu untuk pasangan jadi berkurang, dan akhirnya kata-kata itu keluar “Kamu gak punya waktu buatku lagi.”
Begitu juga ketika waktu bersama pasangan tiba. Pastikan Anda benar-benar menghabiskan waktu bersama pasangan, bukannya menyambi kerja, mabar sama yang lain, dan kegiatan-kegiatan lain yang tidak mengikutsertakan pasangan. Gunakan waktu itu untuk mendengarkan cerita tentang kegiatan-kegiatannya hari ini, kejadian-kejadian menarik yang dia baca di Twitter atau Facebook, menyemangatinya kalau dia mengeluhkan masalah-masalahnya, membantunya membereskan rumah, dan sebagainya.
Kehidupan Anda tidak seputar pekerjaan melulu. Pasangan juga perlu mendapat perhatian khusus karena hubungan cinta sendiri adalah pekerjaan. Semua tergantung Anda benar-benar mau serius menjalani hubungan atau setengah hati menjalaninya. Satunya membuat perjalanan hubungan semakin baik, satunya lagi membuat perjalanan semakin berliku-liku penuh duri sehingga kalau dipaksa jalan pun malah akan menyakiti kalian berdua.
Baca juga:
Bahan Bakar Cinta Sesungguhnya
Nah itu baru 3 tips praktis yang bisa Anda praktikan sekarang. Anda dan pasangan bisa belajar tips-tips mengelola hubungan cinta lainnya di KC STAR; online course berisi ratusan tips mengelola hubungan cinta yang sudah teruji bertahun-tahun di lapangan. Materinya disajikan dalam bentuk video streaming sehingga Anda dan pasangan bisa tetap belajar tanpa harus keluar rumah. Anda boleh saja mempelajarinya sendirian, tapi sangat disarankan untuk belajar bareng pasangan agar dia juga mengerti bagaimana menjalani hubungan yang sehat.
Anda bisa mengambil tips-tips cinta lainnya lewat LINK di bawah:
Pelajari benar-benar ya Lovers!