Pernahkah hati Anda tersayat perih karena putus cinta?
Pernahkah Anda sulit tidur tiga hari berturut-turut karena takut memimpikan mantan hidup bahagia dengan orang lain?
Pernahkah Anda ingin pergi jalan-jalan agar tidak memikirkan mantan, tapi seluruh tubuh Anda lemas sehingga hanya mengunci diri di kamar?
Saya pernah. Tolong jangan menangis sambil baca kisah dan pelajaran ini.
Tahun 2012 lalu, saya berjumpa dengan wanita sangat saya banget. Wanita itu—sebut saja Mawar—parasnya cantik, senyumannya bikin saya lupa dunia, dan cara bicaranya cerdas sehingga tidak perlu waktu lama untuk menyukainya. Tentu saya langsung mengajaknya kencan karena buat apa berlama-lama mendekati wanita. Meskipun terlihat keren, hati saya sebenarnya deg-degan karena khawatir ditolak. Untungnya ia menerima ajakan itu dan kami pun melanjutkan pertemuan di tempat lain.
Waktu itu saya sudah mengikuti Hitman System sehingga saya paham bagaimana cara mempercepat PDKT. Hasilnya, dua minggu kemudian kami pun berpacaran. Itu adalah saat-saat yang membahagiakan dalam hidup saya. Pria mana yang tidak bahagia punya pacar cantik dan cerdas?
Di mata saya, Mawar adalah kepingan puzzle terakhir yang melengkapi hidup saya. Kami seolah memang ditakdirkan bersama. Apa pun topik obrolan yang saya lemparkan, ia menanggapinya dengan antusias. Kami pun sering membicarakan bagaimana bentuk rumah kami kelak, berapa jumlah anak yang mau kami buat, dan rencana-rencana masa depan lainnya. Saya sampai mencatat rencana-rencana itu di sebuah buku agar kami tidak lupa.
Tidak hanya itu, semua orang menganggap kami adalah pasangan yang serasi. Meski kami berbeda kampus, Mawar cukup dikenal oleh teman-teman saya. Begitu ikoniknya kami, Sampai-sampai dosen saya sering menanyakannya apabila kami tidak bersama-sama.
Cinta kami seolah tidak tergoyahkan. Waktu itu saya sangat yakin bila kami akan bersama sampai tua nanti.
Ya, saya pikir begitu.
Lalu tragedi itu pun datang.
Memasuki semester 6, Mawar wajib mengikuti PKL (Praktek Kerja Lapangan) sebagai syarat mata kuliah skripsi di semester 7. Jadi selama dua bulan, ia harus berada di perusahaan tertentu untuk mengawasi program kesehatan di perusahaan tersebut. Dengan kata lain, kami akan LDR sebentar sampai tugasnya selesai.
Pihak rektorat memutuskan Mawar akan menjalani PKL di sebuah perusahaan yang terletak di Bontang. Kota yang cukup jauh dari Samarinda karena memakan waktu 3 jam bila ditempuh lewat darat. Tentu ini bakalan berat karena kami terbiasa berdua dan hanya berpisah bila ada urusan yang benar-benar penting. Tapi kewajiban tetaplah kewajiban. Saya pun merelakannya pergi, toh PKL cuma dua bulan doang.
Awalnya, komunikasi kami lancar-lancar saja. Setiap hari ia rutin mengirim pesan singkat sekedar “Sudah makan?” atau “Bangun dong, tidur melulu dari tadi.” Kami juga saling berteleponan setiap malam untuk melepas rindu. Di titik itu, saya yakin hubungan kami baik-baik saja sampai ia balik ke Samarinda.
Namun, memasuki minggu ketiga, komunikasi yang tadinya lancar mulai berkurang. SMS saya jarang dibalas. Bila saya mengiriminya SMS di pagi hari, maka ia membalasnya di malam hari. Nada bicaranya di telepon pun terdengar ogah-ogahan, seperti terpaksa mendengarkan telepon dari orang tak dikenal.
Baca juga:
Kok Pasangan Jadi Gak Seromantis Dulu Lagi?
Penyakit Sepele Yang Merusak Hubungan
Ada apa ini? Mengapa sikapnya berubah 180 derajat?
Di sela-sela obrolan, ia bercerita ada seorang pria di perusahaan tersebut yang berusaha mendekatinya. Ia semangat sekali menceritakannya. Saya jadi bertanya-tanya, ada hubungan apa di antara mereka? Jangan-jangan pria itu berhasil mendekatinya dan hubungan mereka sudah sedemikian akrab?
Semakin lama, kecurigaan itu semakin meresap di kepala. Apalagi intensitas komunikasi yang anjlok sampai berhari-hari. Ponsel saya jadi sepi SMS dan telepon darinya. Saya menghibur diri, barangkali Mawar lagi sibuk mengurus PKL sampai lupa memberi kabar. Dua bulan tidak lama, sebentar lagi ia pasti kembali ke pelukan saya.
Yang namanya bangkai pasti akan tercium busuknya. Begitu juga dengan pengkhianatan. Saya mendengar desas-desus bahwa hubungan Mawar dengan pria tersebut sudah sangat akrab. Bahkan mereka berani memanggil “sayang” ke satu sama lain.
Ketika saya menanyakan hal itu ke Mawar, ia mengakui bahwa dirinya jatuh cinta dengan pria itu. Malam itu tidak mendung, tapi saya mendengar suara petir menggila di langit. Dada saya seperti mau meledak karena marah. Dewa Thor seolah mengantam kepala saya dengan palu sambil berteriak “Tuh kan apa gue bilang!”
Kami tidak pernah bertengar sebelumnya, dan malam itu untuk pertama kalinya kami bertengkar hebat. Saya bukan orang yang suka bertele-tele, jadi saat itu juga saya meminta putus.
Seketika itu juga saya langsung merebahkan diri ke kasur dan menangis pelan-pelan agar tidak kedengaran penghuni kos lain. Semua kenangan indah bersama Mawar terus berputar di kepala. Saya tidak rela dirinya berduaan dengan pria lain. Berani benar ia merusak hubungan kami!
Baca juga:
Segala Sesuatu Selingkuh Pada Waktunya
Kenapa Orang Bisa Selingkuh?
Saya mengalami reality crash, di mana otak saya tidak bisa memproses, menerima, dan mempercayai informasi yang masuk. Sepertinya baru kemarin kami mengatakan “Kangen”, baru kemarin ia bilang “Aku sayang kamu?”, baru kemarin ia bilang akan setia sampai kapan pun. Tapi kenapa sekarang ia pergi? Bukankah kami sudah membuat rencana masa depan bersama? Apa yang membuatnya jatuh cinta dengan pria itu? Mengapa? Mengapa?
Ribuan pertanyaan menghantui pikiran saya sampai pagi menjelang. Saya menghubungi seorang sahabat yang juga teman dekat Mawar, barangkali ada keluhan-keluhan yang selama ini tidak ia ceritakan ke saya.
“Katanya masa depan dia bakal suram kalau sama kamu, bro,” ujar sahabat saya. “Dia bilang kamu orangnya menarik, tapi sayangnya miskin.”
Ya, waktu itu kondisi perekonomian saya memang tidak semakmur sekarang. Orangtua hanya beri uang saku sebesar Rp 300.000 untuk sebulan. Jumlah segitu tentu jauh di bawah standar biaya hidup di Samarinda. Palingan hanya cukup untuk makan sehari sekali dan membeli keperluan lainnya. Tidak jarang saya harus menahan lapar seharian untuk menghemat uang.
Tapi saya tidak pernah mendengarnya mengeluh tentang itu. Jadi saya pikir ia menerima keadaan saya yang miskin durjana ini.
Ia juga bilang kalau pria itu tergolong mapan sehingga bisa membelikan Mawar berbagai macam barang. Sesuatu yang lagi-lagi diluar kapasitas saya sebagai pacar. Boro-boro mau membelikannya hadiah, mau makan saja susah.
Kenyataan itu begitu pahit sampai-sampai saya sulit memejamkan mata. Selama tiga hari berturut-turut saya hanya bisa menggulingkan badan ke sana ke mari tanpa tidur. Nafsu makan juga hilang, pertanda ada yang tidak beres dengan tubuh saya.
Baca juga:
7 Siklus Masa Putus Cinta
Putus Cinta? Jangan Berpikir Sendirian!
Banyak yang menyarankan untuk pergi liburan agar cepat melupakan mantan, tapi apa daya cuma ada Rp 10.000 di dompet. Mau pergi ke mana dengan uang segitu? Mau liburan ke warteg? Akhirnya saya menelan ludah dan mengurung diri di kamar.
Selama pengasingan diri tersebut, pikiran saya terus bolak-balik antara realita dan khayal. Dalam khayal, Mawar masih milik saya. Padahal realitanya ia sudah menjadi milik orang lain. Bahkan kabarnya pria itu akan melamarnya dalam waktu dekat. Semakin tersiksalah saya.
Parahnya lagi, saya tersiksa sendirian tanpa seorang pun menemani. Semua sibuk dengan urusan masing-masing. Kenapa mereka begitu jauh ketika saya berteriak minta tolong?
Benar-benar tahun terburuk.
Satu-satunya yang bisa saya lakukan adalah merenung seharian. Entah berapa jam waktu terbuang memikirkan pengkhianatan itu. Di tengah-tengah masa hibernasi, saya menyadari bahwa:
Bukan kehadiran orang ketiga yang merusak hubungan, tapi karena hubungan itu memang sudah rusak dari sananya.
Sayangnya, saya tidak tahu bagian mana yang rusak karena kami tidak pernah terbuka membicarakan masalah dalam hubungan. Akibatnya saya pikir hubungan lagi baik-baik saja, padahal ada tumor yang seharusnya bisa sembuh bila dibicarakan.
Kerusakan itu yang menjadi celah bagi orang ketiga untuk masuk ke hubungan kami. Pastinya ia memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak saya punya, sehingga Mawar jadi terpikat olehnya.
Saya jadi ingat ucapan Coach Lex dePraxis: “Perselingkuhan biasanya terjadi bukan karena pengen, tapi karena punya ekosistem pergaulan yang memungkinkan kenikmatan/keisengan ekstra.” Barangkali awalnya Mawar tidak ada keinginan selingkuh, tapi ekosistem perusahaan itu yang dipenuhi pria-pria mapan sehingga ikut memperlebar celah untuk selingkuh.
Jadi siapa yang salah? Saya atau Mawar?
Dua-duanya salah. Dua-duanya bego. Dua-duanya rajin menyembunyikan masalah. Saya tidak menyalahkan pihak ketiga karena ia tidak mungkin menyelonong masuk kalau hubungan kami baik-baik saja. Ini murni kesalahan kami berdua.
Baca juga:
Kenapa Orang Bisa Selingkuh?
3 Hal Penting Dalam Hubungan Yang Sering Terlupakan
Karena tidak punya teman curhat, akhirnya selama masa hibernasi itu saya tumpahkan semua kegundahan pikiran di buku tulis. Saya bisa gila kalau memendamnya kelamaan.
Ternyata cara itu manjur!
Semenjak rajin menulis, rasa sakit hati itu mulai berkurang dari hari ke hari. Pikiran jadi lebih lega dan bisa berpikir jernih kembali. Rasanya seperti menghapus file-file tidak penting yang memenuhi hardisk komputer. Menulis tidak serta merta menghapus kenangan mantan, tapi mendorong saya untuk berpikir logis. Saya jadi mampu mengevaluasi kejadian kemarin dengan akal sehat. Tentu move on akan lima kali lipat lebih sulit apabila pikiran masih berkabut memikirkan mantan.
Jadi bila Anda sedang patah hati dan tidak punya teman curhat, saya sangat menyarankan untuk menulis perasaan itu di buku. Jangan sampai emosi itu keburu meradang! Luka di hati Anda bisa semakin parah bila dibiarkan. Anggaplah menulis sebagai ‘obat merah’ pada minggu-minggu pertama patah hati.
Saya juga membaca artikel-artikel di putuscinta.com yang banyak membahas tentang putus cinta dari sisi psikologis. Dari situs tersebut, saya mengerti bahwa amarah yang saya rasakan ini adalah sesuatu yang wajar. Semua orang yang pernah putusan akan mengalami hal yang sama. Namun, patah hati yang tidak segera diobati bisa berbahaya dan mengancam kejiwaan. Anda pasti sudah sering membaca berita tentang orang-orang sampai bunuh diri atau membunuh mantannya karena putus cinta. Nah, saya tidak mau berakhir seperti mereka.
Waktu itu saya ingin sekali menyembuhkannya secepat mungkin. Seandainya mampu, saya pasti sudah konsultasi ke Coach Kei Savourie atau Lex dePraxis. Namun, lagi-lagi kendalanya adalah uang.
Dari kejadian itu saya belajar bahwa tidak enak jadi orang miskin. Mau sekedar jalan-jalan melupakan mantan saja sulit, apalagi berkonsultasi dengan orang yang ahli.
Baca juga:
Putuscinta.com, Mengatasi Putus Cinta dan Patah Hati
Akhirnya selain menulis dan membaca artikel di putuscinta.com, saya juga belajar meditasi untuk menenangkan pikiran. Meditasi tidak mengeluarkan uang sama sekali dan bisa dilakukan di mana saja. Cukup duduk selama lima menit, tutup mata, dan fokus memerhatikan napas yang keluar-masuk. Terdengar mudah, tapi prakteknya sulit. Jika pikiran terlalu jauh mengelana sampai membayangkan mantan, saya panggil kembali pikiran itu untuk pulang. Salah satu faktor yang mempersulit move on adalah terlalu banyak mengenang masa lalu, sehingga saya harus berhenti memikirkannya.
Meditasi membuat saya belajar untuk menerima kenyataan agar pikiran menjadi tenang. Penyanyi Amerika Serikat bernama Dorris Day pernah menyanyikan lagunya yang terkenal “Que Sera Sera” atau “apa yang terjadi, terjadilah.” Mawar sudah bersama pria lain, ya itulah yang terjadi. Yang bisa saya lakukan hanyalah menerimanya. Tidak ada kompromi. Titik.
Saya butuh waktu 1 tahun untuk benar-benar sembuh. Proses move on yang lambat itu dikarenakan saya tidak tahu langkah-langkah yang tepat untuk menyembuhkan patah hati. Apalagi saat itu keuangan lagi tidak sebaik sekarang, jadi saya harus menihilkan kegiatan yang mengeluarkan banyak uang.
Namun, kejadian itu membuat saya paham bagaimana cara move on dengan fasilitas seadanya. Jalan-jalan keliling kota, liburan ke luar negeri, atau ikut kegiatan-kegiatan yang menarik memang dapat mempercepat move on, tapi yang terpenting adalah meredakan konflik di dalam pikiran Anda. Percuma liburan ke luar negeri, tapi pikiran masih terus dihantui kenangan mantan.
Jika Anda bertanya-tanya apa bisa move on dalam waktu yang singkat?
Jawabannya SANGAT BISA.
Anda tidak perlu seperti saya yang menghabiskan setahun penuh untuk move on, 30 hari sudah cukup jika Anda tahu caranya.
Caranya sudah dijabarkan oleh Coach Lex dePraxis di ebook MOVE ON DALAM 30 HARI yang bisa Anda preorder sekarang. Di ebook itu, ada 30 langkah mudah yang bisa Anda terapkan agar hati tidak tersakiti mantan lagi. Anda akan terheran-heran sendiri ternyata Anda bisa melesat tinggi meninggalkan mantan dalam waktu singkat setelah putus cinta. Tentu Anda tidak mau kelamaan move on seperti saya.
Anda bisa memperoleh ebook MOVE ON DALAM 30 HARI melalui LINK di bawah ini:
Oh iya, saya ingin memberi Anda pesan bahwa move on bukan tentang seberapa jauh Anda lari dari kenangan masa lalu, tapi seberapa berani diri Anda menerima kenyataan yang terjadi.
Itu dia rumus utama menghadapi putus cinta.