“Kak, aku gak nyangka dia selingkuh,” tangis Mawar (sebut saja begitu) pada suatu sore. “Aku pengen cepat-cepat move on ngelupain dia.”
Saya menatap wajahnya yang pucat. “Kenapa? Ceritain masalahmu.”
“Beberapa waktu lalu kita pergi nonton berdua. Di tengah film, dia pergi ke toilet dan hapenya ketinggalan di kursi. Biar gak hilang, aku ambil deh hapenya. Eh ternyata banyak banget notifikasi chat yang masuk. Semua dari cewek teman kantornya. Obrolannya mesra banget! Pakai sayang-sayangan segala. Aku sama dia aja gak pernah semesra itu.”
Saya menghela napas. Yang saya tahu, selama ini hubungan Mawar dan kekasihnya baik-baik saja. Mawar selalu bercerita kalau kekasihnya itu adalah orang yang setia. Bahkan mereka sudah berkomitmen untuk menikah dua bulan lagi.
Namun, tentu tidak ada hubungan yang baik-baik saja. Barangkali mereka selama ini menyembunyikan masalah yang akhirnya menghancurkan hubungan mereka.
“Kalian masih bareng?” tanya saya.
“Nggak. Kami udah putus. Aku yang putusin dia,” isak Mawar. “Rasanya sakit banget, kak. Tiap malam sampai kebawa mimpi. Udah tiga malam aku gak tidur.”
Mawar terlihat sangat terpukul. Kedua bola matanya merah dan bengkak. Saya menyodorkan tisu dan dia menerimanya dengan senang hati.
“Kamu gak bisa begini terus,” ujar saya. “Kamu harus move on. Pergi keluar bareng teman-teman atau cari kesibukan lain. Kalau perlu, kamu harus dapat gebetan baru. ”
“Maunya begitu sih, tapi susah dapat yang sebaik dia,” keluh Mawar.
Saya mengangguk-angguk paham. Memang sulit melepaskan diri dari bayang-bayang mantan.
Jika Anda baru putus cinta dan berniat mencari gebetan baru, Anda pasti mencari sosok yang kurang lebih sama dengan mantan. Otak Anda terus mencari perbandingan antara mantan dengan gebetan.
Wajar kalau proses pencarian itu bisa memakan waktu lama.
Tiga minggu kemudian, Mawar kembali menemui saya. Kali ini wajahnya sangat ceria! Kantung matanya tidak bengkak dan lesu seperti terakhir kali kami bertemu. Saya takjub melihat perubahannya.
“Kak, kemarin aku ketemu cowok ganteng banget! Kami kenalan di kantor dan tadi malam kami udah pergi nonton bareng. Terus, akhir bulan ini kami mau travelling bareng. Orangnya seru! Terima kasih ya kak atas sarannya kemarin.”
Saya melongo. Bukankah tiga minggu yang lalu dia masih berkeluh kesah tentang mantannya?
Dalam waktu kurang dari sebulan, dia sudah menemukan gebetan baru dan berencana travelling bareng pula. Tapi tidak apa-apa. Ini berita bagus!
Sebenarnya kejadian itu bukanlah hal yang baru. Ada banyak wanita yang saya kenal memiliki kemampuan move on lebih cepat daripada pria. Bahkan ada yang berhasil move on hanya dalam satu minggu!
Berbanding terbalik dengan sahabat-sahabat pria saya yang sebagian besar memakan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk move on.
Kalau wanita lebih cepat move on daripada pria, bagaimana sains menjelaskannya?
Kelebihan Wanita Yang Tidak Dimiliki Pria
Via Unsplash.com
Baik pria maupun wanita adalah makhluk yang sama-sama memiliki perasaan. Buang jauh-jauh anggapan wanita lebih berperasaan daripada pria.
Pada kenyataannya, pria lebih suka menyembunyikan perasaannya sehingga sering disalahartikan sebagai makhluk tak berperasaan.
Pada 2015 yang lalu, para peneliti dari Rosalind Franklin University of Medicine and Science menemukan bahwa tidak ada perbedaan ukuran yang siginifikan antara hipokampus dan corpus callosum pada pria dan wanita.
Kedua bagian otak tersebut berperan penting untuk berkomunikasi. Karena ukurannya tak jauh berbeda, para peneliti menyimpulkan bahwa pria dan wanita memiliki proses berpikir yang sama.
Penelitian tersebut mematahkan anggapan umun bahwa ukuran hipokampus pada wanita lebih besar dari pria sehingga membuat wanita menjadi lebih berperasaan. Jadi tidak ada alasan untuk menyalahkan pria karena tidak berperasaan.
Yang membedakan antara pria dan wanita hanya jenis kelaminnya saja dan itu tidak membuat cara berpikirnya berbeda.
Namun, meski cara berpikirnya sama, wanita memiliki kelebihan: mereka lebih bebas mengekspresikan perasaannya ketimbang pria.
Sebuah jurnal penelitian berjudul “Gender and Emotional Expressiveness: An Analysis of Prosodic Features in Emotional Expression” menjelaskan bahwa wanita bisa mengekspresikan perasaannya secara langsung karena masyarakat lebih mentolerir tingkah wanita daripada pria.
Misalnya: jika ada wanita yang menangis di tempat umum, orang-orang di sekitarnya mungkin hanya berkomentar “Ya wajar aja nangis, namanya juga cewek.”
Di kepala mereka, wanita adalah sosok lemah yang perlu perhatian sehingga mereka memakluminya.
Hal ini berbanding terbalik bila ada pria yang menangis di tempat umum. Masyarakat akan menghakimi pria itu sebagai orang cengeng dan kekanak-kanakan. Karena di pikiran mereka, pria adalah sosok yang kuat dan tabah sehingga tidak pantas menangis.
Kebebasan wanita untuk mengekspresikan perasaannya tentu berdampak positif bagi kesembuhan hatinya.
Bahkan Harvard School of Public Health dan The University of Rochester pernah menerbitkan jurnal penelitian berjudul “Going to the Heart of the Matter: Do Negative Emotions Cause Coronary Heart Diseases?” yang mengungkapkan bahwa perasaan negatif yang dipendam terlalu lama dapat berakibat buruk bagi mental dan jasmani seseorang.
Jadi bila wanita lebih cepat sembuh dari sakit hati ketimbang pria, itu karena kemampuan mereka untuk melepas beban pikirannya ke orang lain. Mereka bisa menangis sejadi-jadinya dan tidak ada yang menyalahkan mereka.
Sedangkan pria cenderung menahan sakit hatinya dan melimpahkan beban pikirannya ke orang-orang tertentu saja. Itu pun kalau teman-temannya mau mendengarkan.
Bagaimana kalau mereka tidak punya waktu mendengarkan keluh kesahnya?
Wajar banyak pria yang terpuruk oleh kenangan masa lalu selama bertahun-tahun. Tidak ada yang mau menjadi “tempat sampah” mereka dan pria juga tidak mau membuang “sampah” mereka.
Dan … Ya, Wanita Memang Lebih Cepat Move On Daripada Pria
Tahun 2007 lalu, Monmouth University melakukan penelitian yang melibatkan 155 peserta yang dibagi menjadi kelompok pria dan wanita. 71% partisipan setuju kalau mereka bisa melihat sisi positif dari perpisahan setelah 11 minggu.
Namun, ada perbedaan siginifikan dari kedua kelompok tersebut.
Ketika baru putusan, pria cenderung merenungi mantannya tanpa ada tindakan move on sama sekali. Setelah lewat 11 minggu, mereka baru berani keluar dari lubang gelapnya dan memutuskan untuk move on.
Hal itu berkebalikan dengan wanita yang sudah memutuskan move on di hari-hari pertama putus cinta. Hari-hari pertama putus cinta mereka diisi dengan kegiatan seru bareng para sahabatnya atau membeli makanan enak. Sehingga setelah lewat 11 minggu, mereka sudah melenggang bebas tanpa terbebani pikiran tentang mantan.
Wanita juga tidak ngotot mencari gebetan baru karena ada puluhan pria yang siap menemani mereka kapan saja. Jangan heran bila ada teman wanita Anda yang menggandeng pria baru tak lama setelah putus cinta. Mereka tidak perlu repot-repot mencari pasangan baru seperti pria.
Penelitian tentang move on tidak berhenti di situ.
8 tahun kemudian, pakar antropologi Pennsylvania State University bernama Craig Morris melakukan penelitian tentang bagaimana perbedaan jenis kelamin bisa memengaruhi kecepatan move on seseorang.
Dalam penelitian itu dijelaskan bahwa saat berada di fase post–relationship, wanita lebih rentan merasa cemas dan marah bila teringat oleh mantan kekasihnya.
Tidak mengherankan banyak wanita menggalau ria di sosial media saat baru ditinggalkan kekasihnya. Mereka tidak mampu menahan lonjakan emosinya dan itu membuat mereka jauh lebih tersiksa di hari-hari pertama putus cinta.
Hal ini berbanding terbalik dengan pria yang mampu bersikap normal dan stabil saat baru putus cinta. Pria memiliki ego besar di dalam dirinya sehingga mereka cenderung menahan emosi agar tidak melakukan perbuatan memalukan.
Selain itu, pria juga terkekang oleh norma-norma yang mengharuskan seorang pria harus kuat dan tidak boleh lemah seperti wanita. Akibatnya banyak pria berpura-pura bersikap normal karena takut dinilai lemah oleh orang-orang di sekitarnya.
Tentu saja itu menjadi bumerang bagi pria. Mereka tidak memiliki tempat untuk menyalurkan emosi dan memilih memendam luka batinnya daripada menyembuhkannya.
Menurut Health and Social Care Information Centre, ada lebih dari 50% pria di Amerika yang membutuhkan pertolongan psikiatri karena mengidap depresi parah. Sebagian besar dari mereka cenderung menutupi masalahnya sehingga menjadi depresi dan akhirnya memengaruhi kejiwaan mereka.
Jadi kalau Anda merasa wanita lebih cepat move on daripada pria, maka Anda benar. Wanita jauh lebih sakit hati HANYA pada hari-hari pertama putus cinta.
Namun, ada banyak orang-orang yang mendukung dan menghiburnya sehingga sakit hati mereka bisa sembuh lebih cepat.
Lalu Bagaimana Dengan Pria?
Via Tonic.vice.com
Proses move on pria memang lebih lambat dari wanita, tetapi bukan berarti itu tidak ada gunanya.
Rutger University pernah melakukan penelitian bertajuk “How Does The Brain React to a Romantic Breakup” yang berhubungan dengan cara kerja otak setelah mengalami putus cinta.
Dari penelitian itu ditemukan bahwa aktivitas otak pria meningkat di beberapa daerah yang berkaitan dengan motivasi, penghargaan, dan gangguan kondusif-kompulsif sehingga membuat daya juang seorang pria menjadi lebih tinggi dari sebelumnya.
Peningkatan daya juang tersebut membuat pria menjadi lebih fokus memperjuangkan hal-hal lain yang belum ia capai sebelumnya.
Misalnya: banyak pria yang menjadi lebih rajin berolahraga setelah putus cinta atau mereka menjadi lebih rajin bekerja untuk melupakan kenangan tentang mantan. Pria menjadi lebih produktif setelah putus cinta ketimbang saat mereka jatuh cinta.
Jadi, apabila dikelola dengan baik, energi saat putus cinta bisa membuat seorang pria menjadi lebih dewasa dan tahan banting. Proses move on yang lama justru menjadi keuntungan bagi mereka. Jeda waktu tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan aspek-aspek di dalam dirinya.
Namun, itu hanya terjadi jika pria tahu cara menggunakan energi berlebihan tersebut. Bila tidak, ujung-ujungnya mereka jadi gila kerja atau yang lebih parah, mengejar-ngejar mantan untuk mendapatkannya kembali.
Bila move on bisa dijadikan ajang lomba, maka wanita adalah pemenangnya. Pria jelas tertatih-tatih jauh di belakang. Namun, keterlambatan mereka karena ada sesuatu yang ingin dicapai.
Move on bukan perihal cepat-cepat menggandeng pasangan baru, tetapi bagaimana Anda mampu bergerak maju meninggalkan masa lalu.
Putus cinta memang menyesakkan, tetapi itu adalah bagian dari hidup Anda. Jika Anda wanita dan merasa susah move on, itu artinya Anda sendiri yang memperpanjang derita.
Anda tidak mau berekspresi, tidak mau curhat, selalu memendam perasaan, menutup pergaulan, dan sebagainya. Bukan cintanya yang sejati, tapi Anda yang doyan menyakiti diri. Anda merasa dunia hancur, padahal yang hancur hanya SATU MIMPI dari RATUSAN POTENSI CINTA Anda lainnya.
Wanita tidak perlu merasa kesepian karena orang-orang di sekitarnya selalu siap menghibur kapan pun dibutuhkan. Silakan menangis sejadi-jadinya atau curhat ke teman-teman Anda.
Tidak ada yang melarang dan tidak akan ada yang mem-bully Anda!
Begitu pula jika Anda adalah seorang pria. Anda tidak perlu sok tegar di luar, tetapi hati merengek-rengek belum move on. Anda haram meringkuk sendirian di dalam kamar berhari-hari.
Keluar dan cari sahabat Anda sekarang juga! Keluarkan semua uneg-uneg Anda dan menangislah sejadi-jadinya.
Setelah selesai, lakukan kegiatan seru untuk meng-upgrade diri Anda. Ubah gaya rambut Anda, ikuti program fitness, atau mendaftar Hitman System Online Training. Tubuh Anda dipenuhi energi berlebih, sayang bila disia-siakan!
Putus cinta adalah momen yang mendewasakan Anda. Nikmati gejolak ambisi yang selama ini belum pernah Anda rasakan sebelumnya.
Jadikan itu sebagai bahan bakar yang membuat diri Anda menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Kalau Anda baru putus cinta dan ingin cepat move on, Anda bisa mempelajari cara-caranya di ebook MOVE ON DALAM 30 HARI yang ditulis oleh Coach Lex DePraxis.
Di dalamnya, Anda akan belajar hal-hal seperti:
- Bagaimana caranya membuang hal-hal negatif sekaligus menghasilkan hal-hal positif di tengah kesedihan Anda.
- Bagaimana cara yang tepat untuk memanjakan diri.
- Bagaimana cara mencari kesibukan yang positif, bukan asal sebagai distraction.
- Bagaimana cara mengubah kesedihan yang Anda rasakan sehingga terlihat bodoh dan Anda jadi merasa enggan dan konyol menangisi hal tersebut.
- Bagaimana caranya kembali bergaul dan bertemu lawan jenis yang baru.
- Bagaimana caranya membangun kembali rasa keberhargaan diri yang rusak karena ulah mantan.
- Dan masih banyak lagi, hal baru akan Anda pelajari dalam bentuk learning by doing setiap harinya!
Ingin tahu isi lengkapnya?